Israel dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pertahanan udara paling canggih di dunia.
Dalam menghadapi ancaman rudal maupun konflik terbaru dengan Iran, Israel mengandalkan teknologi Iron Dome.
Pertama kali dioperasikan pada Maret 2011, Iron Dome merupakan sistem pertahanan udara jarak pendek yang dirancang untuk mendeteksi, menganalisis, dan menghancurkan roket serta artileri yang diarahkan ke wilayah padat penduduk.
Sistem ini dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Israel, Rafael Advanced Defense Systems. Setiap baterai Iron Dome terdiri dari:
- Unit radar yang mendeteksi peluncuran rudal musuh,
- Pusat kontrol yang menghitung lintasan dan prediksi titik jatuh rudal,
- 3 hingga 4 peluncur roket, masing-masing dengan 20 misil pencegat.
Baca juga: Tips Optimalkan Akurasi Google Maps Biar Liburan Nggak Nyasar
Iron Dome bekerja tidak secara langsung menghantam rudal musuh. Sebaliknya, misil pencegat meledak di dekat target untuk menghancurkannya lewat gelombang kejut. Namun, serpihan dari ledakan masih berpotensi menimbulkan kerusakan di darat.
Dilansir dari dw.com, saat ini terdapat 10 baterai Iron Dome mobile yang aktif digunakan. Menurut Rafael, satu baterai mampu melindungi kota berukuran sedang dan memiliki jangkauan hingga 70 kilometer.
Iron Dome juga diklaim Rafael sangat efektif. Berdasarkan data Rafael, sistem ini memiliki tingkat keberhasilan 90%.
Namun dalam konflik terbaru dengan Iran, Iron Dome terlihat “loyo”. Pada 13–16 Juni 2025, Iran melancarkan serangan balasan terhadap Israel dengan lebih dari 150 rudal balistik dan 100 drone Shahed sebagai tanggapan atas serangan udara Israel ke fasilitas nuklir dan militer Iran.
Salah satu insiden paling mencengangkan adalah penetrasi rudal Iran ke area Tel Aviv, termasuk terobosan ke kompleks Kirya, sebagian orang menyebut “Pentagon Israel” yang menyebabkan kerusakan signifikan.
Pada serangan ini, Iran diduga menggunakan rudal Haj Qassem, dipersenjatai sistem navigasi canggih yang dirancang untuk menembus pertahanan seperti Iron Dome dan THAAD AS.
Baca juga: Garmin Instinct 3 Tactical Edition Resmi Hadir di Indonesia, Gunakan Layar AMOLED dan Fitur Militer
Mengapa Iron Dome Bisa Tembus?
Beberapa faktor menjelaskan kegagalan sistem pertahanan udara ini:
- Volume & Kecepatan Serangan
Iran menggunakan misil hipersonik seperti Fattah‑1, berkecepatan tinggi hingga Mach 15, dengan kemampuan untuk menghindari deteksi awal dan mempersulit intersepsi. - Serangan Cyber & Disrupsi Signals
Peretasan terhadap sistem peringatan rudal Iron Dome dan aplikasi warga seperti Red Alert bisa menunda respons, memberi celah bagi rudal untuk lolos sebelum sistem siap. - Koordinasi Multi-layered Counterstrike oleh Mossad
Menurut laporan, operasional intelijen Israel di dalam Iran, seperti penggunaan drone untuk menyerang peluncur misil, membantu melemahkan potensi serangan balik Iran, tapi tidak sepenuhnya menghentikannya.
Nah, jadi fakta-fakta ini membuktikan bahwa tidak ada pertahanan yang sepenuhnya impenetrable. Strategi ini mencerminkan lompatan dalam kapabilitas balistik Iran, yang secara eksplisit menargetkan titik-titik vital Israel.
Sumber foto: wikipedia