Salah satu aplikasi transportasi online di Indonesia, inDrive memberikan klarifikasi tentang pemberitaan yang beredar di media sosial terkait kehadiran dua pengemudinya bersama Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka beberapa waktu lalu.
“Kami ingin menyampaikan klarifikasi sekaligus apresiasi bahwa kedua individu tersebut adalah pengemudi aktif inDrive yang telah bergabung sejak tahun 2020 dan menunjukkan dedikasi luar biasa dalam melayani masyarakat. Mereka bukan hanya mitra kerja, tetapi bagian penting dari komunitas inDrive yang terus tumbuh dan berkembang,” tulis inDrive dalam keterangan resminya kepada Mashable Indonesia, Rabu (3/9/2025).
Menurut inDrive, kehadiran mereka dalam forum tersebut merupakan bentuk partisipasi atas undangan resmi dari Wakil Presiden. Pihaknya memandang momen ini sebagai pengakuan terhadap peran vital para pengemudi dalam ekosistem transportasi digital Indonesia.
“Setiap hari, mereka menghubungkan titik-titik kehidupan masyarakat dari rutinitas harian hingga perjalanan penting dengan semangat pelayanan dan profesionalisme. Kami bangga atas kontribusi mereka yang tak tergantikan dalam membangun kepercayaan dan kenyamanan penumpang,” tulisnya lagi.
Sebagai platform yang menjunjung tinggi nilai inklusivitas dan solidaritas, inDrive menentang keras segala bentuk ancaman, kekerasan, maupun intimidasi terhadap pengemudi ojek online dimanapun dan dalam kondisi apapun.
“Kami percaya bahwa setiap individu berhak mendapatkan rasa aman dan dihormati, terlebih mereka yang telah menjadi tulang punggung layanan kami. Di inDrive, kami tidak hanya berbagi jalan, tetapi juga berbagi nilai: saling menjaga, saling mendukung, dan tumbuh bersama sebagai satu keluarga besar,” jelasnya.
inDrive terus berkomitmen untuk menciptakan ruang kerja yang aman, terbuka, dan penuh penghargaan bagi seluruh mitra pengemudi. Dukungan perusahaan tidak berhenti pada teknologi dan sistem operasional, tetapi juga mencakup perlindungan sosial dan penguatan komunitas.
“Kami percaya bahwa masa depan transportasi digital Indonesia akan semakin cerah jika dibangun di atas fondasi kepercayaan, kolaborasi, dan keberpihakan terhadap para pelaku utama di lapangan,” katanya lagi.
Netizen Ragu
Meski disebut sebagai perwakilan dari perusahaan transportasi online, sebagian netizen justru mempertanyakan apakah mereka benar-benar mewakili suara dan keseharian para pengemudi ojek online di lapangan.
Sorotan utama datang dari gaya busana yang dikenakan oleh para tamu tersebut. Alih-alih mengenakan atribut khas ojol seperti jaket hijau, helm, atau tampilan kasual yang lekat dengan keseharian para driver, mereka tampil dengan pakaian formal yang dinilai terlalu rapi dan jauh dari citra pekerja lapangan. Hal ini memunculkan kesan bahwa representasi yang dihadirkan lebih bersifat simbolik ketimbang autentik.
Di tengah era digital yang serba transparan, publik semakin kritis terhadap siapa yang benar-benar mewakili komunitas tertentu. Netizen pun ramai membandingkan penampilan para “perwakilan” tersebut dengan realitas yang mereka lihat setiap hari di jalanan para driver yang berjuang di bawah terik matahari, hujan deras, dan tekanan waktu demi memenuhi pesanan pelanggan.
Ketimpangan visual ini membuat banyak orang merasa bahwa suara asli para pengemudi belum sepenuhnya terwakili dalam forum-forum kebijakan.
Fenomena ini juga membuka diskusi lebih luas tentang pentingnya inklusi yang nyata dalam proses pengambilan keputusan. Representasi bukan sekadar hadir secara fisik, tetapi juga harus mencerminkan pengalaman, tantangan, dan aspirasi dari komunitas yang diwakili.
Dalam konteks transportasi online, suara para driver seharusnya menjadi pusat perhatian, bukan hanya pelengkap dalam narasi besar yang dibangun oleh korporasi atau pemerintah.