Raksasa teknologi IBM mengumumkan target ambisiusnya untuk menghadirkan komputer kuantum pada 2029. Pengumuman ini juga disertai dengan peta jalan komprehensif menuju sistem kuantum berskala lebih besar yang direncanakan hadir pada 2033.
Komputasi kuantum dianggap sebagai revolusi besar berikutnya dalam dunia teknologi. Dengan memanfaatkan prinsip mekanika kuantum, komputer kuantum mampu menyelesaikan permasalahan yang terlalu kompleks dan memakan waktu ribuan tahun jika diselesaikan oleh komputer klasik.
Namun hingga saat ini, tantangan utama masih membayangi: komputer kuantum menghasilkan tingkat kesalahan tinggi, dan sebagian besar sumber dayanya justru digunakan untuk mengoreksi kesalahan tersebut, sehingga belum mampu mengungguli komputer klasik dalam praktik.
Melansir Reuters, IBM menyatakan sedang membangun sistem komputer kuantum bernama “Starling” di pusat data yang tengah dikembangkan di Poughkeepsie, New York. Sistem ini akan memiliki sekitar 200 qubit logis, jumlah yang diperkirakan cukup untuk mulai menunjukkan keunggulan nyata dibanding komputer konvensional.
Sebagai catatan, qubit merupakan satuan dasar dalam komputasi kuantum. Tidak seperti bit biasa (yang hanya mengenal 0 atau 1), qubit dapat berada dalam keadaan superposisi, memungkinkan pemrosesan data yang jauh lebih kompleks dan cepat—jika kesalahan dapat dikendalikan.
IBM juga menargetkan pengembangan sistem kuantum yang jauh lebih besar pada tahun 2033, melanjutkan lintasan inovasi yang disebut perusahaan sebagai “tantangan rekayasa besar”, bukan lagi sekadar eksperimen ilmiah.
Dalam wawancara eksklusif, Wakil Presiden IBM untuk inisiatif kuantum, Jay Gambetta, mengungkapkan perubahan besar dalam pendekatan riset mereka sejak tahun 2019.
Alih-alih memulai dari teori ilmiah dan mencoba membangun chip yang sesuai dengan model tersebut, tim IBM kini terlebih dahulu melihat chip yang secara teknis memungkinkan untuk dibangun, lalu mengembangkan metode koreksi kesalahan berdasarkan kemampuan nyata chip tersebut.
“Pertanyaan ilmiahnya sudah kami jawab. Sekarang bukan lagi soal keajaiban, tapi tantangan besar di bidang rekayasa,” ujar Gambetta. “Tidak perlu lagi menemukan alat baru dari nol.”
Pendekatan praktis ini membuat IBM semakin percaya diri untuk membangun serangkaian sistem kuantum baru yang akan diluncurkan secara bertahap mulai dari tahun ini hingga 2027, membuka jalan menuju sistem besar yang benar-benar dapat digunakan secara luas di industri.
IBM tidak sendirian dalam perlombaan ini. Para pesaing besar seperti Microsoft, Google (Alphabet), dan Amazon, bersama dengan sederet startup yang telah mengumpulkan ratusan juta dolar modal, juga berlomba memecahkan masalah besar dalam komputasi kuantum: menangani kesalahan tanpa mengorbankan performa.
Kunci suksesnya adalah menemukan algoritma koreksi kesalahan yang efisien, sehingga sebagian besar qubit bisa digunakan untuk komputasi sesungguhnya, bukan hanya untuk membenahi kesalahan.
Dengan roadmap jelas menuju tahun 2029, IBM berharap dapat mengantarkan dunia pada era baru di mana komputasi kuantum tidak lagi sebatas eksperimen laboratorium, tetapi hadir sebagai teknologi praktis yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah besar seperti perancangan obat, pengoptimalan logistik, hingga pemodelan cuaca ekstrem secara akurat.
Jika IBM berhasil mewujudkan visinya, maka dekade mendatang bisa menjadi titik balik penting dalam sejarah komputasi manusia—membawa potensi yang sebelumnya hanya berada di ranah fiksi ilmiah, menjadi nyata di dunia industri.