Penasihat DWP Kemenag, Helmi Nasaruddin Umar dalam Sarasehan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (5/7/2025).
Yogyakarta (Kemenag) — Perempuan memiliki peran penting dalam membentuk masa depan bangsa, baik sebagai ibu, istri, maupun anggota masyarakat. Hal ini disampaikan Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama, Helmi Nasaruddin Umar dalam Sarasehan DWP yang digelar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (5/7/2025).
“Perempuan adalah sosok pertama yang kita kenal saat menghirup napas pertama. Sosok yang akan menuntun dan membentuk kehidupan kita,” ujar Helmi dalam sambutannya di hadapan seribuan peserta, baik yang hadir langsung maupun mengikuti secara daring.
Ia menegaskan bahwa perempuan berperan sebagai pendidik hati, penenang jiwa, serta pembentuk karakter anak. Tiga pilar penting yaitu agama, pendidikan, dan akhlak harus menjadi dasar dalam membangun keluarga harmonis yang berkontribusi pada persatuan bangsa.
Helmi juga menyinggung sejarah kontribusi perempuan dalam perjuangan kemajun bangsa, termasuk peran R.A. Kartini yang membuka akses pendidikan bagi anak perempuan. Karena itu Ia menegaskan bahwa perempuan harus berdaya, “Pendidikan adalah kunci kemandirian perempuan,” katanya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa kesetaraan dan perlindungan perempuan masih menghadapi tantangan. Salah satunya adalah tingginya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang masih tercatat lebih dari 1.000 kasus per tahun dalam kurun 2020–2023.
“Jangan diam. Bicarakan, hentikan, dan jika perlu laporkan! Sudah saatnya perempuan membangun ruang aman dari kekerasan,” tegasnya.
Sarasehan ini juga membahas isu pernikahan dan keluarga. Helmi menyebut bahwa usia ideal menikah menurut BKKBN adalah 25 tahun bagi laki-laki dan 21 tahun bagi perempuan. Namun, tren pernikahan justru menurun hingga 23% dalam lima tahun terakhir.
“Menikah adalah hak setiap orang. Tapi menikah terlalu cepat tanpa kesiapan mental dan ekonomi akan menimbulkan persoalan baru, bahkan berpotensi menambah beban ekonomi negara,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa perceraian sering kali memunculkan “orang miskin baru”, dengan korban utama adalah perempuan dan anak. Karena itu, ia menekankan pentingnya membekali generasi muda dengan pendidikan, bimbingan, dan nilai-nilai kesetiaan serta kepercayaan dalam membina rumah tangga.
Sebagai Penasihat DWP, Helmi juga menekankan bahwa DWP bukan sekadar organisasi struktural, melainkan motor penggerak kultural yang dapat menciptakan perubahan dari dalam, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga perubahan bagi negara.
“DWP adalah wadah pengembangan keterampilan dan pengabdian bagi istri ASN. Kegiatan seperti ini menjadi ruang penting untuk membangun soliditas dan memperluas jejaring organisasi,” jelasnya.
Di akhir, Helmi menyampaikan apresiasi atas kolaborasi antara DWP Kemenag Pusat, Kanwil Kemenag DIY, dan UIN Sunan Kalijaga yang telah menghadirkan forum edukatif tersebut.
“Saya berharap sarasehan ini membekali kita semua dengan pemahaman yang tepat, menjadikan perempuan makin tangguh, dan menjadi agen perubahan untuk kesetaraan gender, keluarga sejahtera, serta toleransi antarumat beragama,” pungkasnya.