Meta kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga kualitas konten di Facebook dengan meluncurkan kebijakan baru yang menargetkan kreator yang melakukan plagiarisme digital.
Dalam pembaruan terkini, perusahaan mengumumkan serangkaian langkah tegas terhadap akun yang kerap menjiplak teks, foto, dan video dari pengguna lain tanpa izin atau penyempurnaan yang berarti.
Dikutip dari Engadget, Selasa (15/7/2025), langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Meta untuk memperbaiki pengalaman pengguna di linimasa Facebook sekaligus menegakkan prinsip originalitas konten.
Melalui unggahan blog resmi, Meta menyatakan bahwa akun yang terbukti secara berulang melakukan pelanggaran tersebut akan dikenai sanksi berupa pembatasan distribusi konten dan pencabutan hak monetisasi halaman mereka untuk jangka waktu tertentu.
Tidak hanya unggahan yang melanggar, tetapi seluruh aktivitas akun juga akan terkena dampak pembatasan. Fokus kebijakan ini adalah menangkal fenomena pengunggahan ulang konten secara sistematis tanpa izin dari kreator asli, dengan pengecualian untuk konten turunan seperti video reaksi yang memiliki nilai tambah.
Langkah ini bukan yang pertama bagi Meta dalam mengedepankan konten orisinal. Sebelumnya, kebijakan serupa telah diterapkan di Instagram, di mana perusahaan mengganti Reel repost dengan tautan ke klip asli.
Kini, pendekatan tersebut mulai diuji coba di Facebook, termasuk dengan penambahan tautan ke video asli saat terdeteksi adanya duplikat. Strategi ini tidak hanya memberi penghargaan kepada kreator asli, tetapi juga berfungsi sebagai alat edukasi bagi pengguna lain untuk menghargai orisinalitas karya.
Kebijakan anti-spam dan anti-manipulasi Meta semakin diperkuat sejak awal tahun 2025. Perusahaan telah mengambil tindakan terhadap lebih dari 500.000 akun yang terbukti memanipulasi interaksi atau membagikan konten dengan elemen spam.
Tindakan tersebut mencakup penurunan peringkat komentar, pembatasan distribusi konten, hingga penghentian akses monetisasi. Di sisi lain, lebih dari 10 juta akun telah dihapus karena menyamar sebagai kreator besar, menunjukkan keseriusan Meta dalam menjaga transparansi dan kredibilitas ekosistem kreator mereka.
Sebagai dukungan tambahan, Meta juga memperkenalkan fitur insight dalam aplikasi yang difokuskan pada kreator, termasuk pelaku bisnis seperti agen properti. Melalui dasbor interaktif terbaru, pengguna dapat mengetahui secara detail faktor-faktor yang memengaruhi jangkauan konten maupun status monetisasi.
Fitur ini akan membantu mengidentifikasi masalah seperti teks berulang, konten tidak orisinal, dan elemen lain yang berpotensi menurunkan performa halaman. Dengan tools berbasis data ini, Meta ingin mendorong transparansi dan kualitas dalam praktik distribusi konten di platformnya.
Langkah-langkah yang dilakukan Meta menegaskan arah strategis perusahaan dalam membangun ekosistem digital yang lebih sehat, adil, dan berorientasi pada karya asli.
Dengan menggabungkan pendekatan teknologi dan kebijakan, Meta memperkuat posisi Facebook sebagai platform yang menghargai kreativitas dan mendorong pertumbuhan kreator berkualitas di seluruh dunia.