Menteri Agama Nasaruddin Umar (Foto: Akmalul Iman)
Jakarta (Kemenag) – Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa halal bukan sekadar label produk, melainkan filosofi hidup yang berakar pada etika, spiritualitas, dan keadilan.
“Halal itu bukan hanya label, tapi sebuah cara hidup. Halal terpatri dalam konsep tiga hal: kebaikan, keutuhan, dan keadilan,” katanya dalam peluncuran SGIE Report 2024/2025 dan peringatan 10 tahun Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) di Bappenas, Selasa (8/7/2025).
Menag menilai pertumbuhan konsumen halal saat ini mencerminkan peningkatan kesadaran etis dan spiritual masyarakat global. Karena itu, sistem jaminan halal perlu terus diperkuat agar dapat diterima secara universal.
“Dalam ekosistem halal, kementerian kita berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan, transparansi, dan sistem jaminan halal yang diakui secara global,” tegasnya.
Menag juga menyampaikan apresiasinya terhadap laporan SGIE 2024/2025 yang menyebut pengeluaran umat Muslim di sektor ekonomi Islam mencapai 2,29 triliun dolar pada 2022, dengan sektor makanan halal, busana syar’i, dan media mengalami pertumbuhan pesat.
“Indonesia berdiri sebagai yang ketiga secara global dalam sektor ekonomi Islam. Dan kami bertekad mempertahankan serta meningkatkan posisi itu tahun ini,” ungkapnya.
Dikatakan Menag, Kementerian Agama memainkan peran sentral dalam mendukung ekosistem ekonomi Islam, tidak hanya lewat layanan keagamaan, tetapi juga melalui zakat, wakaf, pendidikan Islam, dan transparansi keuangan berbasis syariah.
“Kita percaya bahwa ekonomi Islam harus inklusif, berpihak pada yang lemah, dan berbasis keadilan,” ujarnya.
Menag juga menegaskan pentingnya kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk IHLC, dalam memperkuat gaya hidup halal secara global. Selama satu dekade terakhir, IHLC telah menjembatani kesadaran keislaman dengan inovasi ekonomi.
“Saya mengucapkan selamat kepada IHLC atas capaian penting ini, dan mendorong agar terus menjadi jembatan antara spiritualitas dan inovasi ekonomi,” pungkasnya.