Ismail Fahmi Arrauf Nasution, (Rektor IAIN Langsa Anggota Tim Monev Ibadah Haji 2025) bersama Menag Nasaruddin Umar
Tak ada kata yang lebih pantas diucapkan selain syukur mendalam ketika kami, anggota Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Haji Kemenag RI, berada di Haramain tahun ini. Dua Tanah Suci, Makkah dan Madinah, menjadi saksi bagaimana wajah pelayanan haji Indonesia terus bergerak menuju perbaikan yang nyata, terstruktur, dan terasa langsung oleh para jemaah.
Pengalaman kami di lapangan memperlihatkan betapa rumitnya sistem penyelenggaraan ibadah haji, namun di sisi lain juga membuka mata bahwa koordinasi lintas sektor yang baik dapat menghadirkan kemaslahatan luar biasa.
Layanan Haji 2025: Bukti Kesiapan dan Komitmen Negara
Berdasarkan pantauan langsung kami di beberapa sektor, dari Arafah, Muzdalifah, Mina, Makkah hingga Madinah pelayanan haji Indonesia pada tahun 2025 ini menunjukkan perbaikan signifikan di berbagai aspek:
• Transportasi: Sistem pemindahan jemaah dari hotel ke Masjidil Haram dan sebaliknya berlangsung lebih efisien. Data menunjukkan lebih dari 90% jemaah dapat tiba di lokasi ibadah tepat waktu selama fase Armuzna.
• Akomodasi: Hotel-hotel di Madinah berada dalam radius ring 1 dan 2 yang memungkinkan akses ibadah lebih mudah, terutama bagi jemaah lansia.
• Konsumsi: Distribusi makanan harian berjalan konsisten, higienis, dan sesuai selera lokal, yang menjadi poin penting bagi kenyamanan jemaah.
• Kesehatan: Kehadiran Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) di tiap kloter, serta PPIH Arab Saudi sektor kesehatan, terbukti menekan angka kasus gawat darurat di Mina dan Arafah.
Semua ini bukanlah kebetulan, tetapi buah dari kerja keras sistematis yang dibangun sejak pra-embarkasi.
Apresiasi untuk Menteri Agama dan Seluruh Jajaran
Keberhasilan penyelenggaraan haji tahun ini tentu tak lepas dari kepemimpinan Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar yang penuh visi, keberanian, dan ketegasan. Di bawah komando beliau, kebijakan pelayanan haji semakin memihak kepada jemaah dengan pendekatan humanis namun tetap berbasis regulasi yang ketat.
Peran Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Bapak Hilman Latief, juga layak diapresiasi. Dengan penguatan sistem digitalisasi haji, seperti aplikasi Pusaka Superapps dan dashboard pengawasan real-time—monitoring kebutuhan dan aduan jemaah dapat ditindaklanjuti lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya.
Tim teknis di lapangan pun bekerja di luar jam kerja, di bawah terik dan tekanan fisik, namun tetap melayani jemaah dengan senyum dan sabar. Ini bukan sekadar profesionalitas, tapi bentuk nyata dari pengabdian negara yang berangkat dari semangat ibadah.
Spiritualitas yang Menyatu dengan Tugas Negara
Bagi kami di Tim Monev, tugas ini bukan hanya soal evaluasi angka dan indikator. Ia adalah perjalanan batin. Saat berada di Masjid Nabawi, khususnya Raudhah, dan saat sujud di hadapan Ka’bah, kami menyadari bahwa tugas negara yang kami emban juga adalah amanah akhirat.
Kami bukan hanya mencatat masalah dan mencermati data. Kami juga turut mendoakan jemaah, menenangkan mereka yang gelisah, dan membantu mereka yang tersesat arah atau terpisah dari rombongan. Inilah esensi monev haji: bukan sekadar pengawasan administratif, tapi menjadi bagian dari solusi spiritual.
Haramain, Cermin Bagi Bangsa
Haramain tahun ini memberi banyak pelajaran: tentang keteraturan, kepasrahan, dan cinta pada sesama Muslim dari berbagai bangsa. Semoga apa yang telah dibangun oleh Kementerian Agama dalam layanan haji ini menjadi warisan perbaikan berkelanjutan. Dan semoga kita semua, termasuk keluarga besar jemaah haji Indonesia, terus tumbuh dalam rasa syukur dan semangat melayani dengan hati.
Prof. Dr. H. Ismail Fahmi Arrauf Nasution, MA (Rektor IAIN Langsa Anggota Tim Monev Ibadah Haji 2025 – Kementerian Agama RI)