Tahun 2025 menjadi titik balik penting dalam evolusi kecerdasan buatan. Dunia kini menyambut fase baru yang disebut sebagai era AI Agents model AI yang tak lagi sekadar menjawab pertanyaan, melainkan mampu menjalankan tugas kompleks secara mandiri.
Ini bukan sekadar lompatan teknologi, tapi revolusi dalam cara kita berinteraksi dengan sistem digital. Salah satu pionirnya adalah ChatGPT Agent, yang baru-baru ini diperkenalkan sebagai agen AI yang bekerja di komputer virtualnya sendiri. Ia bisa menjelajahi web, menulis kode, dan mengakses data untuk menyelesaikan berbagai tugas atas nama pengguna.
Bayangkan jika ingin merencanakan liburan. Cukup beritahu ChatGPT Agent tentang preferensi yang ingin diketahui, dan dalam hitungan menit, ia akan menyusun itinerary lengkap, mencari penerbangan, bahkan memesan hotel.
Tugas-tugas yang dulunya membutuhkan pencarian manual dan interaksi dengan berbagai chatbot kini bisa diselesaikan dalam satu alur percakapan yang intuitif. Sejumlah pengguna juga sudah mulai mengandalkan agen ini untuk berbagai kebutuhan digital harian dari riset cepat hingga pengelolaan dokumen dan hasilnya jauh lebih efisien dibandingkan metode konvensional.
Namun, bukan hanya ChatGPT yang mencuri perhatian. Google juga melangkah agresif ke ranah ini dengan memperkenalkan enam agen AI baru dalam ajang Google Cloud Next Tokyo 2025.
Berbeda dari agen yang ditujukan langsung ke konsumen, agen-agen Google dirancang untuk memperkuat fondasi digital bisnis dan pengembang. Mereka bekerja di balik layar, mengoptimalkan aplikasi dan layanan cloud agar lebih cerdas, cepat, dan responsif terhadap kebutuhan pengguna akhir.
Dengan kemampuan memahami bahasa alami, agen-agen ini memungkinkan interaksi yang lebih manusiawi dan minim hambatan teknis.
Dikutip dari BGR, Kamis (7/8/2025), para pengembang kini bisa berbicara langsung dengan agen AI seperti berbincang dengan kolega. Misalnya, Agen Rekayasa Data dapat membuat dokumen dan basis data secara otomatis, sementara Agen Ilmu Data membantu eksekutif mengekstrak insight dari kumpulan data besar tanpa perlu menulis satu baris kode pun.
Ada pula Agen Analisis Percakapan yang mampu menjawab pertanyaan bisnis secara spesifik seperti tren penjualan atau performa produk dan menyajikan laporan lengkap dengan visualisasi data.
Google juga memperkenalkan Agen Migrasi untuk Spanner yang mempercepat proses pemindahan database ke cloud, serta Gemini CLI GitHub Actions yang mendukung pengelolaan alur kerja developer secara efisien.
Tak ketinggalan, API Analisis Percakapan dan Agent Development Kit (ADK) memungkinkan developer membangun agen AI mereka sendiri dan mengintegrasikannya dengan model lain seperti Claude melalui Model Context Protocol (MCP). Ini membuka peluang kolaborasi lintas platform yang sebelumnya mustahil dilakukan.
Mari bayangkan sebuah aplikasi restoran yang berjalan di atas Google Cloud. Dengan bantuan Agen Data Engineer, pemilik restoran bisa memperbarui menu, foto, dan harga hanya dengan perintah sederhana seperti “impor menu tadi malam dan perbarui harga.”
Tak hanya itu, aplikasi tersebut bisa memprediksi keramaian restoran berdasarkan data kunjungan dan cuaca, berkat analisis dari Agen Ilmu Data. Kreator konten pun bisa memanfaatkan laporan mingguan untuk mengetahui tren kuliner dan mengisi tab rekomendasi dengan informasi segar.
Di masa depan, aplikasi seperti ini bisa memiliki chatbot AI bawaan yang terintegrasi dengan API Agen Data Gemini. Pengguna cukup mengatakan “saya lapar, cari tempat makan terdekat,” dan chatbot akan memindai seluruh menu dalam basis data, memberikan rekomendasi instan tanpa halusinasi, lalu membantu melakukan reservasi. Semua ini terjadi dalam satu percakapan yang alami dan efisien.
Inilah masa depan yang sedang dibentuk oleh agen AI bukan sekadar alat bantu, tapi mitra digital yang memahami konteks, mengambil tindakan, dan mempercepat produktivitas. Dari perencanaan perjalanan hingga pengelolaan bisnis, agen AI membuka jalan menuju interaksi yang lebih cerdas, personal, dan bebas hambatan.