Dalam beberapa hari terakhir, dunia maya sempat dihebohkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa Gmail mengalami masalah keamanan besar-besaran. Isu tersebut menyebar cepat, memicu kekhawatiran di kalangan pengguna global. Namun, Google akhirnya angkat bicara dan secara resmi membantah klaim tersebut.
Dilansir dari Engadget, Rabu (3/9/2025), dalam pernyataan yang dirilis pada awal September, raksasa teknologi itu menegaskan bahwa sistem perlindungan Gmail tetap kuat dan efektif, serta tidak pernah mengeluarkan peringatan darurat kepada seluruh pengguna.
Google menyebut bahwa laporan yang beredar mengandung informasi yang tidak akurat dan telah disalahartikan. Meski tidak merinci secara spesifik sumber kesalahan tersebut, perusahaan mengindikasikan bahwa isu ini kemungkinan besar berasal dari kesalahpahaman terkait insiden phishing yang menargetkan sistem Salesforce platform yang digunakan oleh Google untuk mengelola data bisnis.
Insiden tersebut sebenarnya telah dilaporkan sejak Juni dan ditangani secara tuntas pada 8 Agustus, dengan semua pengguna yang terdampak telah menerima notifikasi langsung dari Google. Yang menjadi masalah adalah bagaimana laporan lama itu kembali mencuat dan berubah menjadi narasi yang seolah-olah menyasar seluruh 2,5 miliar pengguna Gmail.
Padahal, menurut Google, tidak ada bukti bahwa sistem inti Gmail telah diretas atau mengalami kebocoran data besar. Sebaliknya, serangan phishing tersebut berasal dari eksploitasi token autentikasi pihak ketiga, bukan dari kelemahan internal Gmail.
Google juga menekankan bahwa sistem keamanan mereka mampu memblokir lebih dari 99,9% upaya phishing dan malware sebelum mencapai kotak masuk pengguna. Ini adalah angka yang menunjukkan efektivitas teknologi proteksi yang mereka gunakan, termasuk sistem deteksi berbasis AI dan pembaruan keamanan real-time.
Dalam dunia digital yang terus berkembang, menjaga akurasi informasi menjadi hal yang krusial, terutama ketika menyangkut isu keamanan siber yang bisa memicu kepanikan massal.
Sebagai langkah pencegahan tambahan, Google mendorong semua pengguna untuk memperkuat keamanan akun mereka dengan menggunakan metode autentikasi yang lebih canggih.
Salah satu rekomendasi utama adalah penggunaan passkeys alternatif kata sandi yang lebih aman dan tidak mudah diretas. Passkeys bekerja dengan sistem verifikasi berbasis perangkat, sehingga hanya pengguna yang memiliki akses fisik ke perangkat tersebut yang bisa masuk ke akun Gmail mereka. Ini jauh lebih aman dibandingkan kode OTP berbasis SMS yang rentan terhadap serangan man-in-the-middle atau SIM swapping.
Di tengah maraknya serangan phishing dan meningkatnya kecanggihan pelaku kejahatan siber, pengguna Gmail diimbau untuk tetap waspada, memperbarui kata sandi secara berkala, dan mengaktifkan verifikasi dua langkah.
Google juga menyediakan fitur Security Checkup yang memungkinkan pengguna untuk memantau aktivitas login, mencabut akses aplikasi pihak ketiga yang mencurigakan, dan memastikan informasi pemulihan akun tetap terkini.
Dengan klarifikasi ini, Google berharap bisa meredam kepanikan yang sempat meluas dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap sistem keamanan Gmail. Di era digital yang serba cepat, transparansi dan komunikasi yang akurat menjadi fondasi utama dalam menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna.