Setelah bertahun-tahun terjebak dalam status beta yang seolah tak berujung, Escape from Tarkov akhirnya bersiap untuk melangkah ke babak baru yang lebih matang. Game tembak-menembak ekstraksi yang dikenal brutal dan realistis ini akan merilis versi 1.0 pada 15 November 2025, sekaligus memulai debutnya di platform Steam.
Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Nikita Buyanov, kepala studio Battlestate Games, melalui unggahan di X yang menyebutkan bahwa halaman Steam untuk Tarkov “akan segera tersedia.” Meski belum ada detail lengkap, antusiasme dan rasa penasaran komunitas langsung membuncah.
Berdasarkan informasi dari Engadget, Senin (1/9/2025), konfirmasi tersebut muncul hanya beberapa jam setelah studio mengunggah GIF misterius bergaya humor gelap menampilkan seorang pria menyemprotkan uap dari setrika yang langsung memicu spekulasi di kalangan penggemar.
Momen ini terasa simbolik, seolah Tarkov akhirnya “mengeluarkan tekanan” setelah delapan tahun berada dalam fase pengembangan terbuka sejak Juli 2017. Buyanov juga mengisyaratkan bahwa Battlestate Games tengah menyiapkan versi konsol, memperluas jangkauan game yang selama ini eksklusif untuk PC.
Namun, di balik euforia peluncuran versi 1.0 dan potensi ekspansi ke konsol, muncul pertanyaan besar yang belum terjawab: apakah pemain lama harus membeli ulang game ini di Steam?
Krusialnya, apakah transisi ini akan membawa solusi nyata terhadap masalah kecurangan yang masih menghantui komunitas? Tarkov selama ini dikenal sebagai game hardcore dengan sistem loot dan ekstraksi yang menegangkan, namun juga rentan terhadap eksploitasi dan penggunaan cheat yang merusak pengalaman bermain.
Sementara jawaban resmi belum diberikan, Battlestate Games mencoba meredam kegelisahan dengan merilis Unheard Edition seharga $250, yang menawarkan mode PvE baru sebagai daya tarik utama.
Sayangnya, langkah ini justru memicu gelombang protes dari pemain lama, khususnya mereka yang telah membeli edisi premium Edge of Darkness. Edisi tersebut sebelumnya dijanjikan akan memberikan akses ke semua DLC mendatang, namun studio berargumen bahwa mode PvE tidak termasuk dalam kategori DLC. Perbedaan definisi ini menjadi titik api dalam kontroversi yang menyulut kemarahan komunitas.
Merespons tekanan dari para pemain, Buyanov akhirnya menyampaikan permintaan maaf dan berjanji bahwa mode PvE akan tersedia bagi pemilik Edge of Darkness. Meski pernyataan tersebut sedikit meredakan ketegangan, banyak pemain masih mempertanyakan arah kebijakan studio dan transparansi dalam komunikasi mereka.
Di era di mana loyalitas gamer bisa menjadi aset paling berharga, keputusan seperti ini bisa berdampak besar terhadap reputasi jangka panjang.
Dengan peluncuran versi 1.0 yang tinggal menghitung bulan, Escape from Tarkov berada di persimpangan penting. Di satu sisi, ini adalah kesempatan emas untuk memperluas basis pemain dan memperkuat posisi sebagai game looter hardcore paling autentik di pasaran. Di sisi lain, studio harus menghadapi tantangan internal dari isu monetisasi hingga kepercayaan komunitas yang tak kalah kompleks dari medan tempur dalam game itu sendiri.
Pastinya, November nanti bukan hanya tentang peluncuran game, tapi juga tentang apakah Tarkov bisa benar-benar “keluar dari bayang-bayang beta” dan menjadi game yang layak disebut final.