Indonesia tengah dihadapkan pada perdebatan hangat seputar kewajiban pembayaran royalti atas pemutaran musik di ruang komersial seperti restoran, kafe, hotel, dan pusat kebugaran. Isu ini mencuat setelah kasus hukum yang menimpa jaringan restoran Mie Gacoan, yang dituntut karena memutar lagu tanpa izin dan tidak membayar royalti sejak 2022.
Imbasnya, banyak pelaku usaha kini merasa terjepit antara keinginan untuk menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan dan kewajiban administratif yang dianggap memberatkan.
Namun jangan khawatir, di tengah revolusi kecerdasan buatan yang semakin mengguncang industri kreatif, hadir sebuah layanan bernama Eleven Music platform berbasis AI yang mampu menciptakan lagu-lagu orisinal sesuai permintaan pengguna.
Tidak hanya menghasilkan melodi, Eleven Music juga menyuguhkan vokal dan lirik yang dapat disesuaikan dengan suasana, genre, dan kebutuhan komersial. Dengan teknologi canggih yang mendukung proses kreatif instan, layanan ini membuka babak baru dalam produksi musik digital.
“Bayangkan Anda menginginkan sebuah lagu jazz lembut dengan nuansa tahun 60-an, lirik yang kuat namun tetap menenangkan untuk menemani Jumat sore. Dalam hitungan menit, Eleven Music dapat mewujudkan permintaan tersebut tanpa perlu studio, musisi, atau sesi rekaman,” ujar perwakilan perusahaan yang dikutip dari Engadget, Rabu (6/8/2025).
Platform ini bekerja berdasarkan perintah teks, memungkinkan pengguna untuk menentukan gaya, tempo, mood, hingga tema lirik secara detail. Hasilnya adalah musik yang terdengar autentik dan siap digunakan untuk berbagai keperluan komersial mulai dari film, acara TV, gim video, hingga aplikasi mobile.
Meski baru diperkenalkan ke publik, ElevenLabs perusahaan di balik Eleven Music telah diam-diam menguji platform ini bersama 20 klien terpilih. Menurut laporan Wall Street Journal, para pengguna awal telah memanfaatkan teknologi ini untuk menciptakan konten audio dalam berbagai format hiburan.
Identitas para klien masih dirahasiakan, kemungkinan besar untuk menghindari kontroversi seputar penggunaan AI dalam produksi kreatif. Di tengah kekhawatiran publik terhadap potensi penyalahgunaan teknologi, ElevenLabs berusaha menjaga transparansi dan etika pengembangan.
Untuk memastikan legalitas dan kepatuhan hak cipta, ElevenLabs telah menjalin kerja sama dengan dua agensi hak digital ternama: Merlin Network dan Kobalt Music Group. Kedua mitra ini mewakili label musik independen yang memberikan akses data kepada ElevenLabs untuk melatih model AI mereka.
CEO dan salah satu pendiri ElevenLabs, Mati Staniszewski, menegaskan bahwa seluruh model musik yang dikembangkan berasal dari data yang telah mereka akses secara sah. Ini menjadi pembeda penting dari platform pesaing seperti Suno dan Udio, yang saat ini tengah menghadapi gugatan hukum atas dugaan pelanggaran hak cipta.
Fenomena musik buatan AI memang sedang naik daun. Contohnya adalah “band” virtual Velvet Sundown yang sepenuhnya dibuat oleh AI dan berhasil meraih jutaan pendengar di Spotify.
Meski belum jelas apakah popularitas tersebut lahir dari rasa penasaran atau benar-benar didorong oleh basis penggemar yang loyal, tren ini menunjukkan bahwa musik digital hasil AI mulai diterima sebagai bagian dari lanskap hiburan modern.
ElevenLabs sendiri bukan pemain baru dalam dunia teknologi suara. Mereka sebelumnya dikenal lewat aplikasi berita yang membacakan artikel dengan suara AI yang meniru tokoh-tokoh ikonik seperti Judy Garland dan James Dean.
Salah satu alat mereka bahkan digunakan untuk membuat panggilan otomatis dengan suara menyerupai Presiden Joe Biden sebuah kasus yang memicu perdebatan etis tentang penggunaan deepfake dalam komunikasi publik. Teknologi ElevenLabs juga telah digunakan untuk meniru suara selebritas lain, memperkuat reputasi mereka sebagai pionir dalam bidang sintesis suara.
Dengan hadirnya Eleven Music, ElevenLabs memperluas cakupan inovasinya ke ranah musik, menawarkan solusi instan bagi kreator konten, agensi, dan perusahaan media yang membutuhkan audio berkualitas tinggi tanpa harus melalui proses produksi konvensional.
Meski tantangan etis dan hukum masih membayangi, potensi teknologi ini untuk mendemokratisasi industri musik sangat besar. Di masa depan, kita mungkin akan melihat lebih banyak lagu hits yang lahir bukan dari studio rekaman, melainkan dari algoritma yang memahami selera manusia.
Bagi para pelaku industri kreatif, Eleven Music bisa menjadi alat revolusioner yang mempercepat proses produksi sekaligus menekan biaya. Namun bagi pendengar, pertanyaannya tetap sama: apakah musik yang diciptakan oleh mesin bisa menyentuh emosi seperti karya manusia? Jawabannya mungkin akan terungkap seiring waktu, saat batas antara kreativitas manusia dan kecerdasan buatan semakin kabur.