Mathias Herdyanto Sujono, S. FIL (Penyuluh Agama Katolik, Kanwil Kemenag Prov. Sumatera Barat)
Senin, 26 Mei 2025, 71.010 peserta PPPK Kementerian Agama dilantik secara resmi oleh Menteri Agama, Prod. Dr. K. H. Nazarudin Umar. Upacara yang dilakukan secara online dan serentak di seluruh Indonesia, menjadi kabar yang melegakan bagi ribuan Pegawai Kontrak Pemerintah. Sebuah mukjizat akhir Mei dan kabar sukacita di awal Juni. Banyak wajah tertawa riang, banyak keluarga menaikkan syukur, ada ribuan orang terselematkan dari sulitnya mencari nafkah dan pekerjaan yang layak di negeri yang hari-hari ini tengah menghadapi isu sulitnya lapangan pekerjaan dan ekonomi yang sedang “tidak baik-baik saja”.
Tidak itu saja, sebelum pelantikan ini, ada 71.010 (mungkin saja lebih) anakkan pohon mengakar di tanah pertiwi bakal menghijaukan langit khatulistiwa. Ini adalah bagian dari aksi nyata para PPPK sebelum pelantikan dan penerimaan SK sebagai bentuk dukungan pada program implementasi penguatan Ekoteologi yang digagas oleh Menteri Agama Republik Indonesia. Program yang benar-benar baru dan hadir penuh kejutan, tepat setelah Prof. Nazarudin Umar menjabat sebagai menteri Agama. Tidak itu saja dan tidak berlebihan untuk dikatakan, program ini lahir tepat setelah perjumpaan yang menggetarkan hati beliau dengan mendiang Paus Fransiskus saat kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu.
Maka Ekoteologi bukan sekedar program di atas kertas, ganti menteri ganti program kerja. Program ini lahir dari satu keprihatinan yang sama dua tokoh agama besar akan kerusakan yang dialami saudari bumi, demikian dinamakan Paus Fransiskus mengutip St. Fransiskus Assisi dalam dokumennya Laudato Si, yang disebabkan oleh keserakahan manusia. “Saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya, karena tanpa tanggung jawab kita menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya. Kita bahkan berpikir bahwa kitalah pemilik dan penguasanya yang berhak untuk menjarahnya. Kekerasan yang ada dalam hati kita yang terluka oleh dosa, tercermin dalam gejala-gejala penyakit yang kita lihat pada tanah, air, udara dan pada semua bentuk kehidupan. Oleh karena itu bumi, terbebani dan hancur, termasuk kaum miskin yang paling ditinggalkan dan dilecehkan oleh kita (Laudato Si No. 2).
Prof. Nazarudin Umar menangkap keresahan hati Fransiskus, maka bukan hanya ciuman, aksi nyata pun ditelurkan sebagai bentuk komitmen untuk melanjutkan rangkulan persahabatan yang dimulai dan viral di halaman Istiqlal. Pesan perdamaian itu bagi Prof. Nazarudin tak cukup sekedar kata-kata. Tindakan simbolis di halaman Istiqlal itu perlu ditularkan, diteruskan dan diaktualisasikan secara menyeluruh dan masal. Bumi kita sedang tidak baik-baik saja, sudah tak punya waktu untuk menunggu. Sebagaimana Paus Fransiskus tulis “dunia tempat kita hidup sedang menuju keruntuhan dan mungkin mendekati titik puncaknya” (Laudate Deum No. 2). Menunggu hanya memperparah keadaan.
Ketika banyak orang bahkan negara-negara di dunia meremehkan bahkan menolak analisis dan seruan Paus Fransiskus, tidak demikian dengan Prof. Nazarudin Umar. Ekoteologi, itulah yang digagas Sang Menteri, menjawab keresahan Paus Fransiskus. Program Pelestarian Lingkungan Hidup yang menjadi bagian dari 8 Program Prioritas Kementerian Agama bahkan menjadi bentuk kepedulian Negara Indonesia, mungkin satu dari sedikit negara di dunia, menanggapi seruan Paus Fransiskus untuk menghadapi pemanasan global dan keruntuhan bumi.
Memang, Ekoteologi bagi Umat Katolik bukan satu kata yang asing. Bertahun-tahun, Gereja Katolik di Indonesia melalui kegiatan Pendalaman Iman Masa Prapaskah Fokus mendalami Katekese bertemakan Ekologi sebagai kepedulian dan tanggapan atas dokumen Laudato Si dan Laudato Deum Paus Fransiskus. Lebih dari itu, ini adalah seruan dan bentuk gerakan bersama Umat Katolik melawan keserakahan manusia terhadap bumi. Pesan-pesan moral dan ajakan untuk menyelamatkan bumi menggema di setiap pamflet, eflayer, katekese, pendidikan Agama Katolik, ruang belajar, ruang diskusi, dll. Namun, seperti kata Paus Fransiskus “saya menyadari bahwa tanggapan kita belumlah memadai” (Laudato Deum No. 2).
Maka, ide Penguatan Ekoteologi yang diaktualisasikan lewat gerakan penanaman satu juta pohon matoa di 17 lokasi pada 13 Provinsi, aksi menanam pohon oleh 71.010 PPPK, dan gerakan lain yang akan terjadi di masa mendatang bukan sebuah pencitraan apalagi cari muka dan cari posisi seorang Bapak Menteri. Program ini lahir dari refleksi yang mendalam, keprihatinan dan luka yang perlu diobati, serta kepekaan pada jeritan ibu bumi yang terus merintih dilukai oleh ketamakan manusia.
Pada akhirnya, semoga Ekoteologi membawa suatu harapan baru bagi bumi, persis seperti wajah-wajah baru yang dilantik hari ini, siap menghadirkan wajah baru bagi Kementerian Agama. Semoga 71.010 pohon yang telah ditaman dan jutaan pohon lain yang akan mengakar bumi menjadikan dunia sebuah taman yang indah untuk didiami. Demikianpun saudara-saudari yang hari ini dengan wajah gembira membawa pulang SK PPPK menjadikan kementerian Agama sebagai institusi yang menyebarkan kasih sebagaimana diamanatkan Bapak Menteri. Selamat Mengabdi dan selamat menghijaukan bumi.
Mathias Herdyanto Sujono, S. FIL (Penyuluh Agama Katolik, Kanwil Kemenag Prov. Sumatera Barat)