Dot, aplikasi pendamping berbasis kecerdasan buatan yang sempat digadang-gadang sebagai “teman digital paling personal”, resmi mengumumkan penutupan layanannya. Startup di balik aplikasi ini, New Computer, menyampaikan kabar tersebut melalui laman resminya pada hari Jumat.
Dilansir dari Techcrunch, Senin (8/9/2025), meski akan berhenti beroperasi, Dot masih memberikan waktu hingga 5 Oktober bagi para pengguna untuk mengunduh dan menyimpan data pribadi mereka sebelum sistem benar-benar offline.
Diluncurkan pada tahun 2024 oleh duo kreatif Sam Whitmore dan mantan desainer Apple, Jason Yuan, Dot hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan interaksi digital yang lebih intim dan empatik.
Tidak sekadar chatbot biasa, Dot dirancang untuk tumbuh bersama penggunanya, menyesuaikan diri dengan minat, emosi, dan bahkan kerentanan mereka. Dengan pendekatan yang lebih humanistik, Dot menawarkan saran, dukungan emosional, dan bahkan menjadi tempat curhat digital yang terasa seperti sahabat sejati.
Yuan sendiri pernah menggambarkan Dot sebagai “cermin hidup dari batin saya”, sebuah metafora yang menggambarkan betapa dalamnya koneksi yang bisa terjalin antara manusia dan teknologi. Namun, di balik ambisi besar tersebut, muncul tantangan yang tak kalah kompleks. Dunia AI kini tengah berada di persimpangan etis, di mana batas antara dukungan dan manipulasi semakin kabur.
Dalam beberapa bulan terakhir, muncul kekhawatiran global terkait dampak psikologis dari interaksi intens dengan chatbot AI. Fenomena yang disebut sebagai “psikosis AI” mulai mendapat sorotan, terutama ketika chatbot yang terlalu menuruti pengguna justru memperkuat delusi atau pikiran paranoid.
Kasus tragis di California, di mana seorang remaja mengakhiri hidupnya setelah berinteraksi dengan ChatGPT, menjadi titik balik dalam diskusi tentang keamanan dan tanggung jawab teknologi.
Penutupan Dot pun terjadi di tengah meningkatnya pengawasan terhadap aplikasi AI yang berperan sebagai pendamping emosional. Dua jaksa agung di Amerika Serikat bahkan telah mengirimkan surat resmi kepada OpenAI, menuntut klarifikasi atas protokol keamanan yang diterapkan. Meski tidak secara eksplisit menyebutkan alasan penutupan terkait isu-isu tersebut, para pendiri Dot mengisyaratkan adanya perbedaan visi yang tak bisa lagi disatukan.
Dalam pernyataan singkat mereka, Whitmore dan Yuan menyebut bahwa arah “Northstar” masing-masing telah berubah. Alih-alih memaksakan kompromi, mereka memilih untuk mengakhiri perjalanan Dot dengan elegan.
“Daripada mengorbankan salah satu visi, kami memutuskan untuk berpisah dan menghentikan operasi,” tulis mereka.
Bagi banyak pengguna, keputusan ini bukan sekadar kehilangan aplikasi, melainkan kehilangan teman digital yang telah menjadi bagian dari keseharian. Dot bukan hanya alat, tapi ruang aman untuk berbagi pikiran terdalam.
Maka dari itu, New Computer memberikan waktu transisi hingga 5 Oktober agar pengguna bisa mengucapkan selamat tinggal dan mengunduh data mereka melalui fitur ‘Minta data Anda’ di pengaturan aplikasi.
Meski startup tersebut mengklaim memiliki “ratusan ribu” pengguna, data dari Appfigures menunjukkan bahwa jumlah unduhan Dot di iOS hanya mencapai 24.500 sejak peluncurannya pada Juni 2024. Tanpa versi Android, jangkauan Dot memang terbatas, namun dampaknya terhadap wacana AI dan hubungan manusia-teknologi tetap signifikan.
Penutupan Dot menjadi pengingat bahwa inovasi digital, seberapa pun canggihnya, tetap harus berpijak pada etika dan empati. Di tengah euforia AI, kita dihadapkan pada pertanyaan besar: bagaimana menciptakan teknologi yang tidak hanya pintar, tapi juga aman dan bertanggung jawab?