Dell menjadi sorotan setelah mengonfirmasi adanya serangan siber terhadap salah satu platform internalnya.
Meski terdengar mengkhawatirkan, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat ini bersikap tenang dan menyebut bahwa data yang berhasil diakses oleh kelompok peretas bukanlah informasi sensitif, melainkan data sintetis yang memang disiapkan untuk keperluan demonstrasi produk.
Dikutip Mashable Indonesia dari Techradar, Rabu (23/7/2025), klaim ini sekaligus menjadi sinyal tegas bahwa Dell tidak akan tunduk pada tekanan atau tuntutan pelaku kejahatan dunia maya.
Kelompok peretas yang menyebut dirinya sebagai “World Leaks” mengklaim sebagai dalang di balik insiden tersebut. Dalam sebuah aksi pemerasan yang biasa dilakukan oleh jaringan ransomware, mereka menuntut tebusan sebagai imbalan untuk menghapus file yang mereka curi dari sistem Dell.
Namun, pihak Dell menyebut data tersebut tidak memiliki nilai autentik dan tidak berasal dari jaringan inti perusahaan, melainkan dari Solution Center platform demonstratif yang digunakan untuk pengujian dan simulasi produk.
Menurut pernyataan resmi Dell kepada media siber BleepingComputer, sistem yang diretas tidak terhubung langsung dengan jaringan pelanggan maupun mitra bisnis Dell. Platform tersebut bahkan telah dipisahkan secara khusus demi alasan keamanan.
Data yang terdapat di sana sebagian besar berupa skrip produk, hasil pengujian, dan informasi publik yang telah disintesis, bukan data nyata yang memuat kerahasiaan atau dampak pada pengguna.
Investigasi internal Dell juga memperkuat pernyataan ini. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa dokumen yang dieksfiltrasi oleh peretas tidak berisi informasi komersial, teknis, maupun personal yang bisa disalahgunakan.
Semua konten yang ditampilkan di platform demonstratif bersifat terbuka atau tidak sensitif, sehingga tidak menimbulkan risiko kebocoran data yang membahayakan bisnis maupun pelanggan.
Meski World Leaks terbilang baru di ranah ransomware, sepak terjang para anggotanya tidak bisa diremehkan. Kelompok ini disebut-sebut sebagai pecahan dari Hunters International salah satu jaringan ransomware global yang telah mencatatkan lebih dari dua ratus aksi infiltrasi terhadap berbagai institusi dan perusahaan.
Bedanya, World Leaks tidak menerapkan sistem enkripsi ganda yang lazim digunakan oleh ransomware lain. Fokus utama mereka adalah eksfiltrasi data: mencuri, bukan menyandera sistem.
Strategi ini menunjukkan perubahan tren dalam dunia kejahatan siber. Banyak kelompok kini mulai meninggalkan teknik enkripsi yang mahal dan kompleks, bergeser ke metode pencurian data langsung yang lebih cepat namun tetap efektif dalam mendesak korban untuk membayar tebusan.
Tapi dalam kasus Dell, pendekatan ini terbukti tak berbuah hasil karena data yang mereka ambil ternyata telah “dipersenjatai” dengan kehampaan.
Meski Dell menyatakan bahwa data yang diretas bersifat sintetis dan tidak sensitif, insiden semacam ini tetap perlu jadi sorotan utama bukan hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga bagi bisnis skala menengah dan kecil yang sering kali luput dari perhatian keamanan siber.