Al Hilal bukan lagi tim Timur Tengah yang hanya tahu cara menghabiskan uang untuk membeli reputasi.
Di bawah bimbingan para arsitek yang menciptakan kesuksesan Manchester City, tim Arab Saudi secara bertahap membangun kerajaan global – dimulai dengan Piala Dunia Antarklub FIFA 2025™ dan kemenangan atas “The Cityzens” di babak 16 besar di Orlando pada, Selasa 1 Juli 2025 pagi WIB.
Di Balik Kesuksesan Al Hilal
Di dunia sepak bola modern, di mana garis antara olahraga dan strategi bisnis semakin kabur, ada klub yang tidak hanya ingin menang di lapangan tetapi juga membentuk kembali peta kekuasaan. Al Hilal, perwakilan utama Arab Saudi, mengikuti jalan itu. Dan yang istimewa adalah bahwa jalan ini memiliki ciri khas Man City.
Bukan kebetulan jika lawan Man City di babak 1/8 Piala Dunia Antarklub adalah “versi mini Etihad dari Al Hilal”. Di balik layar tim berbaju biru Timur Tengah itu terdapat nama-nama yang meletakkan fondasi bagi kekaisaran Man City seperti Esteve Calzada, Marc Boixasa, dan Danny Paiser.
Mereka datang bukan untuk memperindah, tetapi untuk membangun kembali model kemenangan – tidak hanya di lapangan, tetapi juga di ruang rapat, dalam kontrak dan strategi komunikasi global.
Esteve Calzada, CEO Al Hilal asal Catalan, bekerja di Barcelona sebelum bergabung dengan Man City selama pergantian kepemilikan awal dan tahu apa yang dibutuhkan untuk mengubah klub menjadi merek global.
Ambisi mereka bukan sekadar omong kosong. Perekrutan Simone Inzaghi tepat setelah ia dan Italia finis sebagai runner-up di Liga Champions 2024/25 merupakan sinyal yang jelas.
Belanja dengan Cerdas
Al Hilal tidak mencari nama-nama yang “mengejutkan”, tetapi orang-orang dengan pemikiran modern, pengalaman tingkat atas, dan kemampuan untuk membuat dampak yang bertahan lama. Ini adalah langkah yang mirip dengan apa yang dilakukan Man City dengan Pep Guardiola, yang datang untuk mengubah budaya tim, bukan hanya hasil di lapangan.
Bahkan kebiasaan belanja Al Hilal mencerminkan perubahan pola pikir. Memiliki uang tidak berarti hidup di luar kemampuan.
Mereka mengejar Bruno Fernandes tetapi tidak kehilangan prinsip mereka saat kesepakatan itu gagal. Calzada berkata dengan yakin bahwa para pemain harus meyakinkan mereka, bukan sebaliknya. Itu adalah pernyataan yang hanya bisa datang dari tim yang tahu di mana mereka berada dan ke mana mereka ingin pergi.
Piala Dunia Antarklub adalah panggung yang sempurna bagi Al Hilal untuk menunjukkan kedewasaannya. Hasil imbang 1-1 dengan Real Madrid bukanlah suatu kebetulan, tetapi merupakan hasil dari proyek yang serius. Kombinasi sumber daya keuangan Dana Investasi Publik Arab Saudi dan pemikiran strategis para otak di balik kesuksesan di Eropa menjadikan Al Hilal sebagai kekuatan yang tidak boleh diremehkan.
Man City pernah dianggap sebagai mimpi yang gila ketika pemilik UEA datang dan memulai revolusi. Namun waktu telah membuktikan bahwa itu adalah investasi yang efektif, tidak hanya mendatangkan gelar tetapi juga mengubah citra merek secara keseluruhan.
Al Hilal saat ini juga berada di jalur itu, dengan orang-orang yang sama yang sukses di Etihad, ambisi yang sama, dan metode yang sama.
Pertarungan Orlando antara dua proyek besar bukan sekadar pertandingan sepak bola. Ini adalah kontes antara dua visi, dua strategi, dua versi dari model kesuksesan yang sama.
Al Hilal menimbulkan kehebohan dengan menyingkirkan Man City 4-3, tetapi pesannya jelas. Sepak bola Timur Tengah tidak lagi sekadar tujuan pensiun bagi para bintang, tetapi menjadi pusat baru permainan kekuatan global.
Dan Calzada-lah yang dipilih oleh Al Hilal setelah Man City memenangkan Liga Champions 2023, dengan tugas membawa tim Arab Saudi dari tingkat regional ke tingkat dunia.
Untuk melakukan itu, Calzada mendatangkan orang-orang yang sama yang telah menaklukkan Etihad bersamanya. Marc Boixasa mengambil alih bisnis sepak bola, sementara Danny Paiser menjalankan bisnis internasional. Keduanya memainkan peran penting dalam membawa citra Al Hilal melampaui batas-batas Timur Tengah.