Tim Itjen Kemenag saat melaksanakan evaluasi di MAN 2 Kota Semarang. Meski sempat terganggu oleh erupsi Gunung Lewotobi di NTT, misi audit tetap berjalan.
Semarang (Kemenag) — Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), membuat misi Audit Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Agama mengalihkan sementara lokus pengawasan ke peningkatan kualitas dua madrasah di Kota Semarang, Jawa Tengah. Audit yang tertunda di NTT akan dijadwalkan ulang.
Inspektur III pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama, Aceng Abdul Azis, memutuskan hal itu merespons penutupan penerbangan ke Labuan Bajo dan Kupang pada 18 Juni 2025. Ia tidak mau waktu auditor terbuang.
“Kami harus pastikan kendala lapangan tidak menghambat pengawasan,” tegas Aceng.
“Saya realokasikan auditor ke kegiatan prioritas lain yang sempat tertunda karena keterbatasan personel.” sambungnya.
Langkah ini bagian dari perencanaan kontinjensi dan manajemen risiko berbasis adaptasi. Inspektorat Jenderal menunjukkan fleksibilitas menghadapi situasi force majeure.
Tim auditor ke Semarang dikomandoi Nurhayati sebagai Pengendali Teknis dan Ketua Tim Ade Sugianto. Mereka dibantu empat anggota Imron Fauzi, Ibnu Ulinuha, Ikhwan Junianto, dan Rita Sugiarti Rahayu. Perjalanan ke Semarang ditempuh dengan kereta. Hal itu dimanfaatkan tim untuk membehas persiapan.
“Kami tak punya banyak waktu. Begitu ada arahan, langsung bergerak. Dokumen perencanaan harus disiapkan, data dari satker dikumpulkan, dan strategi lapangan dirumuskan. Semua kami lakukan di dalam gerbong kereta,” cerita Ade Sugianto.
Tekanan waktu justru memaksa efisiensi. Setiap menit di kereta dimanfaatkan optimal. Sampai di Semarang, tim sudah siap turun ke lapangan. Mereka langsung menuju MAN 1 dan MAN 2 Kota Semarang. Evaluasi lapangan menghasilkan sejumlah rekomendasi penting, memotret kebutuhan nyata kedua madrasah.
Di MAN 1 Semarang, tim menyoroti kondisi drainase, lantai, serta kebersihan toilet siswa dan guru. Aksesibilitas menjadi fokus, dengan usulan jalur ramah disabilitas dan perbaikan tangga yang dinilai berisiko.
Aspek keselamatan pun jadi perhatian. Tim menyarankan petunjuk jalur evakuasi yang jelas dan mitigasi risiko bencana seperti banjir. Perbaikan laboratorium komputer, pemanfaatan ruang laboratorium bahasa sebagai kelas tambahan, serta peredaman suara ruang musik turut diajukan. Bahkan, pembangunan sarana olahraga indoor juga masuk dalam rekomendasi.
Di MAN 2 Semarang, evaluasi serupa dilakukan. Tim merekomendasikan pengadaan ramp, pegangan tangga, serta toilet ramah disabilitas. Tata kelola aset juga diperbaiki, dengan penguatan penataan arsip dan penyusunan SOP pengelolaan alat.
Budaya kepedulian warga madrasah terhadap fasilitas juga jadi catatan. Seperti di MAN 1, mitigasi risiko banjir kembali ditekankan. Selain itu, tim menyoroti pentingnya pedoman keringanan biaya iuran siswa, serta pengisian jabatan Kepala Urusan Tata Usaha (Kaur TU) dan Bendahara Madrasah.
(Ade Sugianto, Auditor Inspektorat III Itjen Kemenag)