Peserta Daurah Duat diterima Dubes RI di UEA
Abu Dhabi (Kemenag) — Indonesia mengirim sejumlah dai dan daiyah dalam Program Daurah Duat di Uni Emirat Arab (UEA). Program ini tidak hanya menjadi sarana pembekalan dakwah bagi para dai Indonesia, tetapi juga membuka wawasan baru tentang peran diplomasi, penguatan identitas kebangsaan, serta eksistensi Islam Indonesia di kancah global.
Program ini berlangsung selama sekitar dua pekan. Selain giat dakwah, peserta juga mendapat kesempatan bersilaturahmi ke kediaman Duta Besar Republik Indonesia untuk UEA dan mengunjungi Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Abu Dhabi. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari pembelajaran kontekstual yang memberi perspektif luas tentang dakwah lintas budaya dan negara.
Rombongan peserta disambut Duta Besar RI untuk UEA, H.E. Husin Bagis, selepas Magrib. Dubes menyampaikan apresiasi atas semangat para dai dalam menuntut ilmu dan berdakwah di luar negeri.
“Para dai Indonesia tidak hanya menyampaikan pesan agama, tetapi juga mewakili wajah bangsa. Islam Indonesia dikenal santun, moderat, dan terbuka. Inilah nilai yang harus kalian bawa ke manapun kalian melangkah,” ujar Dubes Husin Bagis di hadapan peserta, Senin (21/4/2025).
Dubes juga berbagi tentang upayanya menjalin kerja sama strategis dengan otoritas keagamaan UEA, terutama terkait kebutuhan imam. Ia menyayangkan belum ditemukannya imam asal Indonesia di masjid-masjid UEA, padahal potensinya besar dan sangat dibutuhkan.
“Saya ingin ke depan, imam-imam dari Indonesia mengisi masjid-masjid di sini. Saya dorong kerja sama G to G agar ada jalur resmi yang memfasilitasi hal ini, termasuk lewat program Daurah Duat,” jelasnya.
Usai pertemuan, para peserta diajak mengunjungi Kantor KBRI Abu Dhabi yang berada di kompleks yang sama. Mereka melihat langsung fasilitas pelayanan untuk WNI serta berdialog dengan staf kedutaan mengenai peran diplomasi dan pengelolaan hubungan bilateral Indonesia–UEA.
Ihya Ulumuddin, salah satu peserta Daurah Duat UEA-Kemenag, mengatakan, kunjungan ini membuka perspektif baru bagi para dai, bahwa dakwah dapat bersinergi dengan tugas negara dalam membangun citra Indonesia, dan membina masyarakat di luar negeri.
“Dakwah tidak cukup hanya di atas mimbar. Seorang dai juga harus peka terhadap dinamika global dan mampu menjadi jembatan antarbudaya,” ujar Ihya.
Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menegaskan bahwa Daurah Duat merupakan bagian dari strategi besar Kemenag dalam menghadirkan dakwah yang adaptif, cerdas, dan berdaya saing internasional.
“Dai hari ini harus berpikir global. Mereka harus punya kecakapan multikultural, kemampuan komunikasi lintas batas, dan wawasan kebangsaan yang kokoh. Daurah ini salah satu jalan ke arah itu,” kata Zayadi.
Ia menambahkan bahwa kehadiran para dai Indonesia di luar negeri tidak hanya membawa nilai-nilai Islam yang damai dan toleran, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki modal sosial dan spiritual yang besar.
“Kita ingin dunia mengenal Islam Indonesia sebagai wajah Islam yang ramah, rasional, dan relevan. Para dai adalah duta yang membawa pesan-pesan itu ke ruang-ruang internasional,” lanjutnya.
Menurut Zayadi, sinergi antara dakwah dan diplomasi adalah keniscayaan. Oleh karena itu, ia mendorong agar pengalaman seperti ini menjadi model pembelajaran yang terus dikembangkan di masa mendatang.
Dikatakannya, Daurah Duat UEA merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Agama RI dan otoritas keagamaan UEA. Program ini dirancang untuk memperkuat kapasitas dai dalam menyampaikan pesan keislaman yang inklusif, kontekstual, dan berdampak luas.
“Dengan semangat ukhuwah dan wawasan global, para peserta berharap kegiatan ini terus berlanjut sebagai langkah strategis dalam mencetak dai-daiyah unggul yang siap membawa Indonesia dan Islam ke panggung dunia.” tandasnya.
(An/Mr)