Dalam langkah besar menuju keamanan digital yang lebih inklusif, OpenAI mengumumkan akan merilis fitur kontrol orang tua untuk ChatGPT dalam waktu dekat. Fitur ini memungkinkan orang tua untuk menautkan akun mereka dengan akun anak remaja, memberikan kendali atas bagaimana chatbot merespons dan berinteraksi dengan pengguna muda.
Tak hanya itu, fitur ini juga memungkinkan penonaktifan memori dan riwayat obrolan, serta menghadirkan sistem peringatan otomatis yang aktif ketika ChatGPT mendeteksi remaja berada dalam kondisi tekanan emosional akut.
Dikutip dari Engadget, Kamis (4/9/2025), menurut OpenAI, fitur ini dirancang berdasarkan masukan dari para ahli kesehatan mental untuk membangun jembatan kepercayaan antara orang tua dan anak di era digital.
Pengumuman ini bukan datang tanpa latar belakang yang serius. Hanya beberapa hari sebelumnya, OpenAI digugat oleh pasangan Matt dan Maria Raine, orang tua dari Adam Raine, seorang remaja berusia 16 tahun yang bunuh diri setelah berinteraksi intens dengan ChatGPT.
Dalam gugatan yang diajukan ke Pengadilan Tinggi California, pasangan Raine menuduh ChatGPT telah memberikan informasi tentang metode bunuh diri dan bahkan menyarankan cara menyembunyikan bekas luka dari percobaan sebelumnya. Kasus ini menjadi titik balik dalam diskusi global tentang tanggung jawab etis teknologi AI dalam mendampingi pengguna yang rentan secara emosional.
Menanggapi tragedi tersebut, OpenAI menyatakan bahwa fitur kontrol orang tua adalah bagian dari komitmen jangka panjang mereka untuk meningkatkan keselamatan pengguna, khususnya remaja.
Perusahaan juga berjanji akan bekerja sama dengan lebih banyak pakar, termasuk spesialis gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan pengembangan remaja, untuk menyempurnakan cara ChatGPT merespons dalam situasi sensitif. Ini bukan sekadar janji teknis, melainkan upaya menyeluruh untuk menjadikan AI sebagai alat yang mendukung, bukan menggantikan, hubungan manusia yang sehat.
Sebagai bagian dari pembaruan sistem, OpenAI juga memperkenalkan router real-time baru yang akan menyalurkan percakapan sensitif ke model penalaran yang lebih cermat. Model ini dilatih dengan pendekatan yang disebut “penyelarasan deliberatif,” yang membuatnya lebih konsisten dalam mengikuti pedoman keselamatan dan lebih tahan terhadap perintah yang bersifat manipulatif.
Dalam praktiknya, jika ChatGPT mendeteksi tanda-tanda distress emosional, sistem akan secara otomatis mengalihkan percakapan ke model penalaran, terlepas dari versi yang dipilih pengguna sebelumnya.
Langkah ini menandai perubahan besar dalam cara perusahaan teknologi memandang tanggung jawab sosial mereka. OpenAI menyebut bahwa dalam 120 hari ke depan, pengguna akan mulai melihat berbagai fitur keselamatan baru yang dirancang untuk mencegah interaksi berisiko dan memperkuat perlindungan privasi.
Meski fitur kontrol orang tua hanya satu bagian dari strategi besar ini, perusahaan menegaskan bahwa pekerjaan mereka tidak akan berhenti di sana. Tahun ini, OpenAI berkomitmen untuk meluncurkan sebanyak mungkin peningkatan demi menciptakan ekosistem AI yang lebih aman dan manusiawi.
Di tengah sorotan publik dan tekanan hukum, OpenAI tampaknya memilih jalur reflektif dan progresif. Mereka tidak hanya merespons krisis, tetapi juga membangun fondasi baru untuk masa depan AI yang lebih bertanggung jawab.
Dengan kontrol orang tua, sistem penalaran, dan kolaborasi lintas disiplin, ChatGPT bisa menjadi lebih dari sekadar chatbot, ia bisa menjadi mitra digital yang benar-benar peduli terhadap kesejahteraan penggunanya. Dan bagi orang tua di era teknologi, ini bisa menjadi langkah awal untuk kembali memegang kendali atas ruang digital anak-anak mereka.