Di balik deretan konsol PlayStation yang kini menjadi ikon dalam industri hiburan global, tersimpan kisah dramatis tentang keberanian seorang insinyur yang hampir dipecat karena dianggap gila.
Namanya Ken Kutaragi, sosok yang hari ini dikenal sebagai “Bapak PlayStation”, tetapi dulu hanya dipandang sebagai karyawan pembangkang di mata Sony. Kisahnya bukan hanya tentang menciptakan konsol game, tapi tentang bagaimana sebuah pengkhianatan melahirkan revolusi digital yang mengubah wajah hiburan interaktif dunia.
Cerita berawal di akhir dekade 1980-an, Ken Kutaragi adalah seorang insinyur senior di Sony Corporation. Saat itu, industri video game mulai berkembang pesat, namun masih dianggap sebelah mata oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar, termasuk Sony.
Di tengah lingkungan yang sinis terhadap dunia hiburan digital, Kutaragi justru tertarik pada potensi besar yang ia lihat saat mengamati anaknya bermain Nintendo Famicom (di luar Jepang dikenal sebagai NES).
Keputusan Kutaragi untuk mendalami teknologi game dianggap aneh oleh rekan-rekan dan atasan. Namun diam-diam, ia menerima tawaran dari Nintendo untuk mengembangkan chip suara canggih untuk konsol generasi terbaru mereka: Super Famicom (atau Super Nintendo).
Ia merahasiakan proyek tersebut dari Sony, karena tahu bahwa manajemen akan menolaknya. Ketika proyek ini akhirnya terungkap, para petinggi Sony murka. Nasib Kutaragi hampir berakhir. Namun, di titik kritis inilah, muncul penyelamatnya: Presiden Sony saat itu, Norio Ohga.
Berbeda dengan mayoritas eksekutif Sony lainnya, Ohga adalah sosok yang punya visi jauh ke depan. Ia melihat semangat dan potensi dalam diri Kutaragi. Ketika hampir semua ingin memecatnya, Ohga justru menyelamatkannya dan mendukung proyek pengembangan teknologi game.
Tidak hanya itu, Ohga mendorong agar Sony masuk ke industri video game—ide yang dianggap radikal kala itu. Ia bahkan menyetujui kerja sama resmi dengan Nintendo untuk membuat perangkat hiburan baru: konsol berbasis CD-ROM yang disebut “Play Station”, dengan spasi.
Kutaragi dan timnya mulai mengembangkan prototipe konsol canggih tersebut yang akan menjadi aksesoris bagi SNES milik Nintendo. Semuanya berjalan lancar—hingga hari pengkhianatan itu tiba.
Nintendo Menikam Sony dari Belakang
Pada ajang Consumer Electronics Show (CES) tahun 1991, Sony siap mengumumkan kerja sama besar dengan Nintendo di hadapan dunia.
Namun, alih-alih memperkuat kemitraan, Nintendo justru melakukan langkah mengejutkan: mereka secara sepihak membatalkan proyek dengan Sony, dan malah menjalin kemitraan baru dengan rival Sony yaitu Philips.
Pengumuman ini disampaikan secara terbuka di panggung CES, tanpa sepengetahuan Sony. Dunia industri terguncang, Sony dipermalukan secara internasional, dan proyek Play Station nyaris dibatalkan total.
Namun di tengah kekacauan, semangat Kutaragi tidak padam. Alih-alih menyerah, Kutaragi membawa ide gila kepada Norio Ohga: Sony harus melanjutkan proyek konsol game-nya sendiri, tanpa Nintendo. Tak banyak bicara, Ohga hanya menjawab dua kata: “Just do it.”
Dengan restu penuh, Kutaragi dan timnya kembali bekerja dalam senyap. Mereka membangun konsol yang berbeda—bukan hanya add-on untuk SNES, tapi sistem mandiri dengan kekuatan 32-bit, grafis 3D polygonal, dan penyimpanan berbasis CD-ROM. Nama proyeknya: PS-X, cikal bakal dari PlayStation.
Sony juga mulai menggaet pengembang game independen dan memperkenalkan model lisensi yang lebih ramah, menarik studio besar seperti Namco, Konami, dan Square (pencipta Final Fantasy).
Tanggal 3 Desember 1994, PlayStation resmi diluncurkan di Jepang. Konsol ini bukan hanya sukses—tapi fenomenal. Dalam waktu singkat, PlayStation mengalahkan pesaingnya, termasuk Sega Saturn, dan bahkan menjungkalkan dominasi Nintendo di pasar global.
Dengan dukungan katalog game legendaris seperti Tekken, Final Fantasy VII, Resident Evil, hingga Gran Turismo, PlayStation menjadi konsol game pertama yang berhasil menembus angka penjualan lebih dari 100 juta unit secara global.
Tahun 2000, PlayStation 2 diluncurkan dan langsung memecahkan rekor—menjadi konsol terlaris sepanjang masa dalam 30 bulan pertama. Hingga kini, PS2 masih memegang rekor sebagai konsol dengan penjualan tertinggi dalam sejarah.
Ken Kutaragi yang dahulu dicemooh karena obsesinya terhadap “mainan anak-anak”, kini dipuja sebagai legenda industri teknologi. Ia menjabat sebagai CEO Sony Computer Entertainment, lalu menjadi Presiden dan akhirnya Chairman hingga tahun 2007. Setelah pensiun dari Sony, ia mendirikan perusahaan AI dan robotika, dan tetap aktif mengembangkan teknologi masa depan.
Warisan Kutaragi tak hanya terukir dalam PlayStation, tetapi dalam sejarah teknologi modern: bahwa inovasi besar sering lahir dari semangat melawan arus.