CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengungkapkan arah baru perusahaan dalam pengembangan kecerdasan buatan: kecerdasan super pribadi. Gagasan ini menandai pergeseran besar dari pendekatan industri yang berfokus pada otomatisasi kerja menuju AI yang dirancang untuk membantu individu mencapai tujuan pribadi mereka.
Dikutip dari Techcrunch, Kamis (31/7/2025), bagi Zuckerberg, masa depan AI bukanlah tentang menggantikan manusia, melainkan memberdayakan mereka secara personal melalui perangkat yang memahami konteks dan kebutuhan sehari-hari.
Zuckerberg menekankan bahwa manfaat dari super intelijen harus dibagikan secara luas. Namun, ia juga mengakui bahwa teknologi ini membawa tantangan baru dalam hal keamanan dan etika.
Dalam suratnya, ia menyatakan bahwa Meta akan berhati-hati dalam memilih model mana yang akan dirilis sebagai sumber terbuka, sebuah sinyal bahwa perusahaan mungkin mulai mengubah pendekatannya terhadap keterbukaan teknologi AI.
Selama beberapa tahun terakhir, Meta telah memposisikan keluarga model Llama sebagai pembeda utama dari para pesaing seperti OpenAI, xAI, dan Google DeepMind. Model Llama dirancang sebagai alternatif sumber terbuka yang mampu menyaingi model tertutup milik kompetitor.
Bahkan, Zuckerberg sempat menyatakan bahwa versi LLM berikutnya akan menjadi yang paling canggih di industri. Namun, pernyataan terbarunya menunjukkan bahwa sumber terbuka mungkin tidak lagi menjadi default untuk model AI mutakhir Meta.
Perubahan ini bukan tanpa alasan. Model tertutup memberi perusahaan kontrol lebih besar dalam monetisasi dan mitigasi risiko. Zuckerberg sendiri pernah mengatakan bahwa karena bisnis Meta tidak bergantung pada penjualan akses ke model AI, merilis Llama tidak mengganggu pendapatan perusahaan.
Namun, sejak Meta mulai tertinggal dari pesaingnya, terutama dalam pengembangan Llama 3 dan model Behemoth yang gagal memenuhi ekspektasi, pendekatan tersebut mulai dipertimbangkan ulang.
Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, Meta melakukan restrukturisasi besar-besaran. Pada Juni 2025, perusahaan menginvestasikan $14,3 miliar ke Scale AI dan membentuk unit baru bernama Meta Superintelligence Labs. Unit ini dipimpin oleh tokoh-tokoh elite dari OpenAI, Apple, dan DeepMind, termasuk Shengjia Zhao, pencipta ChatGPT, yang kini menjabat sebagai Chief Scientist di MSL.
Meta juga membangun pusat data raksasa seperti Prometheus dan Hyperion, yang masing-masing memiliki kapasitas hingga beberapa gigawatt untuk mendukung pelatihan model AI berskala besar.
Dengan semua investasi dan perekrutan besar-besaran ini, Meta tampaknya mulai mengalihkan fokus dari model Llama terbuka ke pengembangan model tertutup yang lebih kompetitif.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa pengujian terhadap model Behemoth telah dihentikan, dan perusahaan kini memusatkan perhatian pada model tertutup yang lebih aman dan dapat dikendalikan.
Meski begitu, Zuckerberg tetap menekankan bahwa Meta berkomitmen terhadap AI sumber terbuka. Juru bicara perusahaan menyatakan bahwa Meta akan terus merilis model terbuka terkemuka, meski tidak semua model akan tersedia untuk publik.
Strategi ke depan adalah melatih campuran model terbuka dan tertutup, tergantung pada kebutuhan dan risiko yang dihadapi.
Dengan visi “kecerdasan super pribadi”, Meta berencana menghadirkan AI melalui perangkat seperti kacamata AR dan headset VR yang dapat melihat, mendengar, dan berinteraksi dengan pengguna sepanjang hari.
Bagi Zuckerberg, perangkat ini akan menjadi komputasi utama masa depan, menggabungkan dunia fisik dan digital secara mulus, dan menjadikan AI sebagai mitra personal yang memahami dan mendukung aspirasi setiap individu.