Judul: Hidden Potential: The Science of Achieving Greater Things
Penulis: Adam Grant
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (terjemahan Bahasa Indonesia, Oktober 2024)
Genre: Nonfiksi, Pengembangan Diri, Psikologi
ISBN: 978-0593656976
Jumlah Halaman: 320 halaman
Buku Hidden Potential: The Science of Achieving Greater Things mengajak pembacanya untuk sejenak memikirkan makna kesuksesan dalam berorganisasi. Misi penting ini diemban oleh Adam Grant lewat buku ini. Memegang gelar profesor termuda di Wharton School University of Pennsyilvania, Adam Grant adalah seorang psikolog organisasi dan penulis ternama dunia. Ia meneliti topik seputar kepemimpinan, budaya kerja, motivasi, dan inovasi. Selain sebagai akademisi di Wharton School University of Pennsyilvania, Grant adalah pembicara di platform TED talk yang popular. Ia memiliki jutaan penonton untuk presentasinya tentang kepemimpinan dan kebiasaan sukses. Ia juga menjadi konsultan untuk perusahaan besar seperti Google, Disney, dan Goldman Sachs, serta berkontribusi sebagai kolumnis di New York Times.
Adam Grant adalah penulis beberapa buku bestseller, di antaranya Give and Take (2013), Originals (2016), Think Again (2021), dan Hidden Potential (2023). Buku-bukunya berfokus pada bagaimana memahami motivasi, kreativitas, dan potensi manusia melalui penelitian ilmiah yang dikemas dalam narasi populer yang sedemikian rupa didesain untuk mudah diakses.
Dalam buku Hidden Potential: The Science of Achieving Greater Things, Adam Grant hadir dengan perspektif baru tentang “bakat alami”. Buku ini menantang asumsi bahwa kesuksesan hanya milik mereka yang terlahir dengan keistimewaan. Sebaliknya, Grant menegaskan bahwa potensi sejati terletak pada kemampuan untuk belajar, bertahan, dan memanfaatkan lingkungan yang mendukung.
Grant mengajak pembaca untuk memahami bagaimana proses pembelajaran yang efektif, ketekunan, dan sistem pendukung dapat mengubah orang biasa menjadi luar biasa. Melalui kisah-kisah nyata dan data empiris, ia menunjukkan bahwa potensi bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis dan dapat dikembangkan.
Secara umum, buku Hidden Potential terdiri dari beberapa bab yang masing-masing mengeksplorasi aspek berbeda dari pengembangan potensi. Grant mendesain buku ini melalui tiga pilar utama: karakter, motivasi, dan sistem peluang.Adam Grant memulai dengan menyoroti bahwa karakter—seperti ketahanan, keberanian untuk gagal, dan kemauan untuk belajar—jauh lebih penting daripada bakat bawaan. Ia memperkenalkan konsep “growth mindset” (pola pikir berkembang) yang dikembangkan oleh Carol Dweck, tetapi mengembangkannya lebih jauh dengan menekankan pentingnya “learning agility”. Ia mengenalkan “learning agility” sebagai kemampuan untuk terus menyesuaikan diri dengan tantangan baru. Idealitas Grant tidak menyebut keberadaan “orang dalam” dalam narasi yang dibangunnya.
Dalam konteks ini, Grant memberi contoh tentang tim catur Raging Rooks dari Harlem, sebuah kelompok anak-anak dari lingkungan kurang mampu yang berhasil menjadi juara nasional di Amerika Serikat. Mereka tidak memiliki bakat catur bawaan, tetapi melalui latihan terarah dan bimbingan pelatih yang berdedikasi, mereka mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri yang tinggi. Grant menggunakan kisah ini untuk mengilustrasikan bahwa potensi sering kali tersembunyi di balik kerja keras dan lingkungan yang tepat.
Selanjutnya, Grant membahas pilar kedua, yakni motivasi dan latihan terarah. Bagian ini mengeksplorasi bagaimana motivasi intrinsik dan latihan yang terstruktur dapat mendorong seseorang melampaui batas kemampuan awal mereka. Grant mengacu pada konsep deliberate practice (latihan terarah) dari Anders Ericsson, tetapi menambahkan bahwa latihan yang efektif harus disertai dengan umpan balik yang konstruktif dan tujuan yang jelas.
Contoh nyata yang digunakan adalah perjalanan José Hernandez, seorang anak petani migran yang bermimpi menjadi astronot. Meskipun ditolak 11 kali oleh NASA, Hernandez terus belajar, meningkatkan keterampilannya, dan akhirnya diterima sebagai astronot pada percobaan ke-12. Kisah ini memperkuat pesan Grant bahwa ketekunan dan kemauan untuk memperbaiki diri adalah kunci untuk membuka potensi.
Pilar terakhir yang disorot Grant adalah peluang dan dukungan lingkungan. Salah satu argumen terkuat Grant adalah bahwa potensi tidak berkembang dalam ruang hampa. Potensi terkait erat dengan beberapa hal lain yang turut menentukan langakh keberhasilan. Grant melihat bahwa lingkungan, mentorship, dan akses ke peluang memainkan peran besar. Ia menyoroti sistem pendidikan di Finlandia sebagai contoh, di mana fokus pada ekuitas dan dukungan individual memungkinkan lebih banyak siswa mencapai potensi maksimal mereka, terlepas dari latar belakang sosial-ekonomi.
Grant juga membahas pentingnya jaringan sosial dan mentorship. Ia menceritakan bagaimana individu yang dianggap “tidak berbakat” sering kali berhasil karena ada seseorang yang percaya pada mereka dan memberikan bimbingan. Misalnya, ia menyebutkan kisah seorang pelari Olimpiade yang awalnya dianggap tidak cukup cepat. Melalui pelatihan yang tepat,pelari tersebut mampu bersaing di panggung dunia.
Relevansi Pemikiran Adam Grant
Lewat buku ini, Grant menawarkan beberapa perspektif. Pertama, ia menekankan bahwa karakter dapat menjadi fondasi pengembangan organisasi. Grant menekankan bahwa karakter, seperti ketahanan, kemauan untuk belajar, dan kemampuan beradaptasi, lebih penting daripada bakat bawaan. Dalam konteks organisasi, ini memiliki implikasi besar untuk perekrutan, pelatihan, dan pengembangan karyawan.
Banyak organisasi cenderung memprioritaskan kandidat dengan kredensial atau bakat teknis yang terlihat mengesankan. Namun demikian, Grant menyarankan untuk fokus pada kandidat dengan learning agility—kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan beradaptasi dengan cepat– yang mumpuni. Misalnya, ia menyebutkan bagaimana individu yang awalnya tidak menonjol sering kali melampaui ekspektasi karena mereka memiliki karakter yang kuat, seperti ketekunan dan kemauan untuk menerima umpan balik. Organisasi dapat mengadopsi pendekatan ini dengan mendesain proses perekrutan yang menilai pola pikir berkembang (growth mindset) dan ketahanan, bukan hanya prestasi masa lalu.
Kedua, motivasi dan latihan terarah untuk kinerja tinggi. Grant menyoroti pentingnya motivasi intrinsik dan latihan terarah (deliberate practice) untuk membuka potensi. Dalam pengembangan organisasi, konsep ini dapat diterapkan untuk meningkatkan kinerja individu dan tim. Konsep deliberate practice menekankan pentingnya latihan yang terfokus, dengan umpan balik yang spesifik dan tujuan yang jelas. Dalam organisasi, ini dapat diterjemahkan ke dalam program pelatihan yang dirancang untuk mengatasi kelemahan spesifik karyawan. Misalnya, seorang manajer penjualan dapat diberikan pelatihan intensif untuk meningkatkan keterampilan negosiasi, dengan simulasi dan umpan balik langsung dari pelatih. Grant menegaskan bahwa latihan seperti ini jauh lebih efektif daripada pelatihan umum yang tidak terarah.
Terakhir, Grant mengangkat soal peluang dan budaya organisasi yang inklusif. Salah satu argumen terkuat Grant adalah bahwa potensi tidak dapat berkembang tanpa lingkungan yang mendukung. Dalam pengembangan organisasi, ini berarti menciptakan budaya dan sistem yang memungkinkan setiap individu untuk mencapai potensi maksimal mereka. Grant berpendapat bahwa organisasi harus menciptakan “sistem peluang” yang memberikan akses ke sumber daya, pelatihan, dan peluang promosi. Ini bisa berarti menghilangkan hambatan birokrasi, menyediakan dana untuk pengembangan profesional, atau menciptakan jalur karier yang jelas bagi karyawan di semua tingkatan. Contohnya, organisasi dapat mengadopsi model seperti “open talent economy,” di mana karyawan diberi kesempatan untuk mengerjakan proyek di luar peran formal mereka untuk mengembangkan keterampilan baru.
Dengan pendekatan yang berbasis penelitian ilmiah namun dikemas dalam narasi yang mengalir, buku Hidden Potential adalah panduan inspiratif sekaligus praktis untuk individu, pendidik, pemimpin, dan siapa saja yang ingin menggali potensi, baik dalam diri sendiri maupun orang lain.
Saiful Maarif, Asesor SDM Aparatur Kemenag