Penasihat DWP Kemenag Helmi Nasaruddin Umar saat menerima predikat sebagai Bund Santri Indonesia, Jumat (29/8/2025)
Bogor (Kemenag) — Senyum bahagia tak bisa disembunyikan dari wajah Helmi Nasaruddin Umar, Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama, saat dirinya dikukuhkan sebagai Bunda Santri Indonesia di Pondok Pesantren Modern Perpaduan Daarul Mughni Al-Ma’aliki, Bogor, Jumat (29/8/2025).
Di hadapan ratusan santri, Helmi menyampaikan rasa syukur yang mendalam. Gelar Bunda Santri Indonesia bukan sekadar simbol, melainkan sebuah amanah yang meneguhkan kedekatannya dengan dunia pesantren.
“Bahagia sekali rasanya saya memiliki banyak anak, ribuan bahkan ratusan ribu anak spiritual. Saya bersyukur kepada Allah karena bisa berada di tengah kalian semua,” ucap Helmi penuh haru.
Bagi Helmi, setiap santri adalah cerminan masa depan bangsa. Karena itu, ia menegaskan tekadnya untuk bersama-sama membangun pesantren ramah anak, tempat di mana nilai akhlak, kecerdasan, dan cinta tanah air tumbuh subur.
“Pesantren ramah santri adalah rumah terbaik untuk melahirkan calon pemimpin bangsa yang berakhlak mulia dan berkarakter kuat. Semoga Allah meridai setiap langkah kita,” tambahnya.
Pesantren Ramah Anak, Investasi Peradaban
Acara pengukuhan ini sekaligus menjadi momentum peluncuran Darul Mughni sebagai pesantren percontohan ramah anak di Bogor. Direktur Pesantren Kemenag, Basnang Said, menjelaskan bahwa penetapan ini menjadi tonggak penting bagi upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih humanis.
“Darul Mughni kita jadikan sebagai contoh pesantren ramah anak. Ini akan menjadi pilot project yang bisa diteladani pesantren lain di seluruh Indonesia,” jelas Basnang.
Konsep pesantren ramah anak yang digaungkan Helmi berakar pada kasih sayang. Ia menekankan pentingnya guru menjadi teladan, mendidik dengan lembut, menghargai pendapat santri, serta menghindari segala bentuk kekerasan.
Lebih jauh, Helmi mengajak para pendidik membuka ruang dialog yang sehat. Menurutnya, komunikasi yang terbuka akan membuat santri lebih percaya diri, kritis, dan merasa dihargai.
“Mari kita biasakan santri untuk berani mengungkapkan gagasan dan perasaan secara positif dalam bingkai nilai Islami. Dari sinilah lahir generasi yang tangguh sekaligus penuh kasih,” pesannya.
Pengukuhan Helmi Nasaruddin Umar sebagai Bunda Santri seolah meneguhkan satu hal: bahwa pesantren bukan hanya pusat ilmu, tetapi juga rumah kasih sayang. Dalam figur seorang Bunda, santri menemukan teladan, perlindungan, dan kehangatan yang menumbuhkan jiwa mereka.
Di akhir acara, senyum Helmi kembali merekah. Ia melambaikan tangan kepada para santri yang menyambutnya dengan sorak bahagia. Seolah ada ikatan batin yang tak terucapkan—antara seorang bunda dan ribuan anak-anak spiritual yang siap mengukir masa depan bangsa.