Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Pemprov Kalteng) mengambil langkah strategis untuk mengatasi kesenjangan digital di wilayahnya dengan memasang layanan internet satelit Starlink di 2.700 titik yang tersebar di berbagai desa terpencil.
Program ini menjadi bagian dari upaya percepatan pemerataan akses internet, terutama di daerah blank spot yang selama ini sulit dijangkau jaringan konvensional.
Dilansir dari Kompas (21/07/25), langkah progresif ini diumumkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik (Diskominfosantik) Kalimantan Tengah, Rangga Lesmana.
Ia menjelaskan bahwa program pemasangan Starlink ditargetkan selesai dan aktif memberikan layanan internet pada tahun ini.
“Sampai saat ini sudah terpasang 308 titik yang sudah bisa akses internet. Targetnya, seluruh titik bisa online di tahun ini juga,” ujar Rangga.
Atasi Tantangan Geografis dan Sebaran Penduduk
Rangga menambahkan bahwa proses pemasangan Starlink dilakukan secara bertahap dengan capaian 5 hingga 10 titik per hari.
Namun, pelaksanaan di lapangan tidak selalu berjalan mulus karena tantangan utama adalah kondisi geografis Kalimantan Tengah yang unik.
Jarak antarpermukiman sangat jauh, bahkan dalam satu desa pun bisa terdapat dusun yang terpisah puluhan kilometer.
“Wilayah desa di Kalteng memang jarang penduduknya, dan antar-RT atau dusun bisa berjarak sangat jauh. Karena itu, setiap daerah butuh penanganan yang berbeda dan lebih intensif,” jelas Rangga.
Kondisi ini menyebabkan sebagian besar wilayah masih berada dalam status blank spot, di mana sinyal internet bahkan tidak bisa dijangkau sama sekali. Oleh sebab itu, teknologi berbasis satelit seperti Starlink dianggap sebagai solusi paling efektif dalam situasi seperti ini.
Prioritas untuk Wilayah Blank Spot
Dalam pelaksanaannya, Pemprov Kalteng memprioritaskan pemasangan di wilayah yang paling terdampak blank spot.
Tiga kabupaten disebut memiliki konsentrasi titik buta internet tertinggi, yaitu Katingan, Kapuas, dan Seruyan. Program ini disebut sebagai implementasi langsung dari program “Internet Desa” yang dicanangkan oleh Gubernur Kalteng.
Starlink sendiri merupakan layanan internet berbasis satelit yang dikembangkan oleh perusahaan luar angkasa milik Elon Musk, SpaceX. Layanan ini memungkinkan akses internet berkecepatan tinggi di wilayah yang selama ini sulit dijangkau infrastruktur fiber optic atau BTS konvensional.
Berkat koneksi langsung ke satelit orbit rendah (LEO), Starlink mampu menghadirkan latensi rendah dan kecepatan internet stabil.
Dampak Langsung ke Warga dan Dunia Pendidikan
Pemasangan Starlink di daerah terpencil tidak hanya memberi akses digital, tetapi juga membuka pintu bagi kemajuan di berbagai sektor.
Dalam dunia pendidikan, misalnya, jaringan internet sangat krusial bagi siswa dan guru untuk mengakses materi pembelajaran daring, terutama di masa pascapandemi yang semakin mengandalkan teknologi digital.
Di sektor pemerintahan, desa-desa terpencil kini bisa mulai mengakses berbagai layanan berbasis elektronik, termasuk sistem administrasi kependudukan, perizinan, hingga layanan kesehatan jarak jauh (telemedicine).
Masyarakat juga akan mendapatkan manfaat langsung dalam hal komunikasi dan informasi, di mana sebelumnya mereka harus pergi ke daerah yang cukup jauh hanya untuk mendapatkan sinyal internet.
Pemerintah pusat dan daerah diharapkan bisa bersinergi dalam mempercepat pembangunan infrastruktur digital sebagai pilar penting untuk kemajuan ekonomi dan sosial.