Apple dilaporkan sedang mengambil langkah besar dalam upaya strategis mengurangi dampak tarif tinggi yang dikenakan oleh Amerika Serikat dengan mengalihkan produksi iPhone untuk pasar AS dari China ke India.
Menurut laporan dari The Financial Times dan dikutip dari Engadget, Senin (28/4/2025), Apple berencana untuk memproduksi seluruh 60 juta perangkat iPhone yang dijual kepada pelanggan Amerika di India pada tahun 2026. Langkah ini akan menggandakan jumlah produksi Apple di India, sekaligus menciptakan perubahan besar dalam strategi manufaktur globalnya.
Sebagai informasi, sejak peluncuran iPhone pertama pada tahun 2007, China telah menjadi pusat utama produksi bagi Apple. Namun, tantangan geopolitik dan kebijakan tarif membuat perusahaan teknologi terkemuka ini beralih mencari solusi alternatif.
Apple pertama kali mulai memproduksi iPhone di India pada 2017. Pada akhir tahun 2023, perusahaan ini telah berkomitmen untuk memproduksi hingga 50 juta unit iPhone di India dalam waktu tiga tahun melalui kerja sama dengan pemasok utama seperti Foxconn dan Tata.
Target terbaru Apple ini, yakni memproduksi tambahan 10 juta unit, dianggap realistis berdasarkan kapasitas produksi India yang terus berkembang dan dukungan penuh dari pemerintah setempat untuk meningkatkan sektor manufaktur teknologi.
Pengalihan produksi ini dipicu oleh kebijakan tarif AS yang menetapkan pungutan hingga 145 persen pada barang elektronik yang diimpor dari China. Meski smartphone dan komputer mendapatkan pengecualian sementara, Apple tampaknya berupaya memastikan bahwa strategi bisnisnya tidak bergantung pada masa tenggang kebijakan tersebut.
India menjadi alternatif strategis karena tarif ekspor ke Amerika Serikat hanya sebesar 10 persen. Namun, setelah masa tenggang 90 hari berakhir, tarif India dapat meningkat hingga 26 persen. Dalam upaya mengantisipasi potensi kenaikan ini, Apple mulai mengalihkan sebagian besar produksi iPhone AS ke India.
Laporan menunjukkan bahwa pada bulan Maret 2025, Apple menerbangkan iPhone senilai $2 miliar dari India ke Amerika Serikat untuk menghindari pungutan tarif tinggi dari China.
Langkah ini tidak hanya mengurangi dampak finansial akibat kebijakan tarif, tetapi juga mempertegas potensi India sebagai basis manufaktur utama. Selain itu, keputusan ini mencerminkan respons Apple terhadap perubahan dinamika perdagangan global yang didorong oleh kebijakan proteksionisme.
Menurut ahli industri teknologi, pengalihan produksi ke AS, sesuai tujuan awal kebijakan tarif tersebut, hampir mustahil tercapai, terutama dalam industri elektronik yang memiliki rantai pasokan global yang sangat kompleks.
India, dengan biaya produksi yang lebih kompetitif dibandingkan China dan infrastruktur manufaktur yang terus berkembang, memberikan solusi ideal bagi Apple untuk mempertahankan efisiensi operasional sekaligus memenuhi kebutuhan pelanggan di Amerika Serikat.
Strategi Apple ini juga membawa dampak besar bagi perkembangan ekonomi India, yang semakin mendapatkan pengakuan sebagai pusat manufaktur teknologi global. Dengan dukungan dari mitra lokal seperti Foxconn dan Tata, produksi iPhone yang meningkat di India diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat sektor manufaktur teknologi negara tersebut.
Bagi Apple, pengalihan ini juga memberikan keuntungan strategis dalam memperkuat diversifikasi rantai pasokan serta mengurangi ketergantungan pada satu negara, sehingga lebih adaptif terhadap perubahan kebijakan perdagangan global.
Keputusan untuk memperluas produksi iPhone di India juga memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara. India secara strategis diposisikan sebagai mitra penting bagi perusahaan teknologi global seperti Apple yang ingin menjangkau pasar Asia Selatan yang sedang berkembang pesat.
Langkah ini menjadi bagian dari transformasi Apple dalam menyelaraskan operasi manufaktur globalnya dengan perubahan geopolitik serta memastikan keberlanjutan bisnis di tengah ketidakpastian.
Dengan produksi yang semakin meningkat di India, Apple tidak hanya menunjukkan fleksibilitas operasionalnya tetapi juga memberikan sinyal kuat bahwa diversifikasi manufaktur merupakan strategi utama dalam menghadapi tantangan global.
Pengalihan ini sekaligus mencerminkan peran India yang semakin penting dalam peta manufaktur teknologi dunia. Seiring dengan perkembangan kebijakan tarif dan dinamika pasar, langkah Apple ini menjadi contoh nyata bagaimana perusahaan multinasional dapat beradaptasi untuk tetap kompetitif di era yang penuh tantangan.
Bagi konsumen di Amerika Serikat, langkah Apple ini memastikan bahwa mereka tetap mendapatkan produk berkualitas tinggi dengan dampak minimal dari kebijakan tarif. Sementara itu, bagi India, pengembangan sektor manufaktur teknologi yang terintegrasi dengan standar global memberikan peluang besar untuk meningkatkan ekonomi sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam industri teknologi.
Dengan pendekatan strategis ini, Apple terus mengokohkan diri sebagai pemimpin inovasi yang mampu mengatasi tantangan global melalui solusi cerdas dan terencana.