Perseteruan antara dua raksasa teknologi dunia, Apple dan Elon Musk, kembali memanas. Kali ini, panggungnya adalah App Store platform distribusi aplikasi milik Apple yang menjadi sorotan setelah Musk menuduh perusahaan tersebut berpihak pada OpenAI dan menyulitkan aplikasi AI lain untuk bersaing secara adil.
Dikutip dari Engadget, Kamis (14/8/2025), tuduhan ini dilontarkan langsung oleh Musk melalui akun X miliknya, memicu gelombang spekulasi dan perdebatan di kalangan pengamat industri.
Namun, Apple tak tinggal diam. Dalam pernyataan resmi yang dikirimkan kepada Bloomberg, perusahaan yang bermarkas di Cupertino itu membantah keras tuduhan Musk. Mereka menegaskan bahwa App Store dirancang untuk bersikap adil, transparan, dan bebas dari bias.
Menurut juru bicara Apple, ribuan aplikasi ditampilkan melalui berbagai mekanisme seperti bagan peringkat, rekomendasi algoritmik, dan daftar kurasi yang dipilih oleh tim ahli berdasarkan kriteria objektif.
Selain itu, Apple juga menekankan bahwa tujuan utama mereka adalah menciptakan ekosistem yang aman bagi pengguna sekaligus memberikan peluang yang setara bagi para pengembang aplikasi dari berbagai latar belakang.
Namun, Musk tidak berhenti di situ. Ia menyebut tindakan Apple sebagai bentuk “pelanggaran antimonopoli yang tegas” dan mengancam akan mengambil langkah hukum dalam waktu dekat.
Dalam unggahan terpisah, Musk mempertanyakan mengapa aplikasi miliknya, X dan Grok, tidak dimasukkan ke dalam daftar “Wajib Punya” di App Store. Ia mengklaim bahwa X adalah aplikasi berita nomor satu di dunia, sementara Grok menempati peringkat kelima secara global.
“Apakah kalian bermain politik? Apa maksudnya?” tulis Musk, menyiratkan bahwa ada agenda tersembunyi di balik keputusan Apple.
Meski tuduhan Musk terdengar serius, ia belum memberikan bukti konkret yang mendukung klaimnya. Sebaliknya, data publik menunjukkan bahwa aplikasi AI dari Tiongkok, DeepSeek, berhasil menduduki peringkat teratas dalam daftar aplikasi gratis di App Store pada Januari lalu, bahkan mengalahkan ChatGPT.
Tak hanya itu, aplikasi Perplexity juga sempat merajai App Store India pada bulan Juli. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa dominasi OpenAI bukanlah satu-satunya narasi yang berlaku di App Store, dan bahwa aplikasi dari berbagai pengembang tetap memiliki peluang untuk bersinar.
Menambah panasnya konflik, CEO OpenAI Sam Altman turut angkat bicara. Ia menyebut tuduhan Musk sebagai “klaim yang luar biasa,” dan membalikkan tudingan dengan menyebut bahwa Musk sendiri kerap dituduh memanipulasi platform X untuk kepentingan pribadi dan bisnisnya. Musk pun membalas dengan tajam, menyebut Altman sebagai “penipu yang berbohong semudah bernapas.”
Pertarungan narasi antara Apple, Musk, dan Altman ini bukan sekadar drama teknologi biasa. Di baliknya, tersimpan pertanyaan besar tentang masa depan distribusi aplikasi, etika persaingan di era AI, dan bagaimana platform besar menentukan siapa yang layak mendapat sorotan.
Apakah App Store benar-benar netral? Atau apakah kekuatan besar seperti Apple dan OpenAI memiliki pengaruh yang tak terlihat dalam menentukan arah inovasi digital? Satu hal yang pasti, dunia sedang menyaksikan pertarungan para titan teknologi, dan dampaknya bisa jauh melampaui sekadar peringkat aplikasi.