Inflasi kerap menjadi musuh utama kestabilan keuangan pribadi maupun ekonomi nasional. Ketika harga barang dan jasa melonjak secara terus-menerus, nilai uang yang kita miliki perlahan terkikis.
Dalam kondisi ini, masyarakat mulai melirik aset alternatif yang bisa menjaga daya beli mereka dan salah satu yang paling populer saat ini adalah Bitcoin.
Dikutip dari Pintu Academy, platform edukasi dari aplikasi PINTU, Bitcoin dipandang sebagai instrumen investasi yang potensial untuk menangkal dampak inflasi karena memiliki suplai terbatas dan tidak dapat dimanipulasi oleh kebijakan pemerintah.
Kenapa Inflasi Berbahaya?
Inflasi terjadi ketika jumlah uang beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Baca juga: Apa Itu Fork dalam Blockchain? Ini Penjelasannya
Kondisi ini membuat harga-harga naik dan nilai uang menurun. Akibatnya, masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan yang sama.
Kasus ekstrem inflasi bisa ditemukan dalam sejarah, seperti di Republik Weimar (Jerman) dan Zimbabwe, di mana nilai uang jatuh hingga tidak berharga.
Inflasi juga bisa memicu keresahan sosial dan krisis keuangan jika tidak ditangani dengan tepat. Karena itulah, banyak orang kini mulai mencari perlindungan finansial yang lebih aman dan Bitcoin menjadi salah satunya.
Bitcoin: Aset Digital dengan Pasokan Terbatas
Berbeda dari mata uang fiat seperti rupiah atau dolar yang bisa dicetak terus-menerus, Bitcoin memiliki batas maksimal sebanyak 21 juta koin. Angka ini tidak bisa ditambah, berapa pun permintaan pasar.
Inilah yang membuatnya dianggap sebagai aset deflasi, yang justru berpotensi meningkat nilainya seiring waktu.
Dikutip dari Pintu Academy, kelangkaan Bitcoin adalah alasan utama mengapa ia mulai dilirik sebagai sarana lindung nilai terhadap inflasi.
Ketika mata uang lokal melemah, Bitcoin tetap mempertahankan nilai karena tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan pemerintah atau inflasi nasional.
Baca juga: 4 Alasan Cryptocurrency Kian Dilirik Sebagai Instrumen Investasi
Bitcoin bukan sekadar teori. Dalam praktiknya, sudah banyak negara yang warganya menggunakan Bitcoin untuk melawan inflasi. Beberapa contoh nyata adalah:
- Argentina
Dengan inflasi tahunan yang sangat tinggi dan akses terbatas terhadap dolar AS karena kontrol pemerintah, warga Argentina banyak yang menyimpan aset mereka dalam bentuk Bitcoin. Ini dilakukan untuk menjaga nilai simpanan agar tidak terkikis inflasi. - Turki
Lira Turki mengalami depresiasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Banyak investor lokal dan warga biasa mulai menyimpan kekayaan dalam bentuk Bitcoin karena kepercayaan terhadap mata uang nasional menurun. - Nigeria
Ketika pemerintah Nigeria membatasi akses terhadap dolar AS untuk perdagangan internasional, warga beralih ke Bitcoin sebagai alat transaksi dan pelindung aset. Bahkan, adopsi Bitcoin di Nigeria menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.
Salah satu nilai tambah Bitcoin adalah fleksibilitasnya. Selain sebagai alat lindung nilai, Bitcoin juga digunakan sebagai media transaksi digital.
Di tengah pembatasan ekonomi dan keterbatasan akses perbankan di beberapa negara, Bitcoin memberikan solusi alternatif yang aman, transparan, dan efisien.
Sifat Bitcoin yang terdesentralisasi juga memberikan keuntungan tambahan karena tidak bisa dikendalikan sepenuhnya oleh satu pihak atau pemerintah.
Dengan teknologi blockchain sebagai pondasinya, transaksi Bitcoin bersifat terbuka dan bisa diverifikasi oleh siapa pun.
Sumber foto: PINTU