Amazon akhirnya memulai langkah besar dalam ambisinya untuk membangun jaringan internet satelit global.
Lewat proyek bernama Project Kuiper, raksasa teknologi ini telah meluncurkan 27 satelit pertamanya ke orbit rendah Bumi untuk menyaingi dominasi Starlink milik SpaceX.
Amazon tampaknya tidak ingin terus berada di bawah bayang-bayang SpaceX dalam urusan internet satelit.
Dilansir dari The Verge, pada Senin malam waktu setempat (29 April 2025 WIB), perusahaan milik Jeff Bezos itu meluncurkan 27 satelit perdana dari total 3.236 unit yang direncanakan dalam proyek bernama Project Kuiper.
Baca juga: iOS 18.3 Dukung Internet Starlink, Ancaman Bagi Operator Selular?
Langkah ini menandai dimulainya perjalanan besar Amazon dalam menghadirkan layanan internet cepat dan berlatensi rendah ke seluruh dunia.
Peluncuran tersebut dilakukan dari Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral di Florida, menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance (ULA).
Roket ini sukses membawa satelit ke orbit rendah Bumi (LEO) pada ketinggian sekitar 450 kilometer dari permukaan tanah.
CEO Amazon, Andy Jassy, menyampaikan kebanggaannya atas momen bersejarah ini. Dalam pernyataannya di platform X, ia mengatakan, “Meski ini baru langkah pertama dari perjalanan panjang, peluncuran ini merepresentasikan hasil dari kerja keras dan inovasi luar biasa. Saya sangat bangga dengan tim kami.”
Saingan Baru Starlink yang Sudah Lebih Dulu Mengudara
Peluncuran ini merupakan bagian dari rencana besar Amazon untuk mengisi orbit rendah Bumi dengan ribuan satelit guna menyediakan koneksi internet global.
Project Kuiper, yang pertama kali diumumkan pada tahun 2019, kini bergerak di bawah tekanan tenggat waktu dari Komisi Komunikasi Federal (FCC) AS.
Amazon diwajibkan untuk mengorbitkan setidaknya 1.618 satelit, setengah dari total rencana konstelasi mereka paling lambat pertengahan 2026.
Namun, dibandingkan dengan pesaing utamanya, Amazon masih tertinggal cukup jauh. SpaceX lewat Starlink sudah memiliki lebih dari 7.200 satelit aktif di orbit dan telah melaksanakan lebih dari 250 misi peluncuran khusus Starlink. Bahkan, hanya di tahun 2025 saja, SpaceX sudah menyelesaikan 50 misi peluncuran satelit.
Baca juga: Mau Selfie dengan Latar Belakang Bumi? Ini Caranya
Tidak hanya itu, SpaceX juga memiliki rencana ambisius untuk memperluas jumlah satelit Starlink hingga 12.000 unit, dengan izin ekspansi hingga 34.400 unit dari regulator. Angka yang sangat besar jika dibandingkan dengan target Kuiper.
Target Amazon: Internet Satelit Aktif Mulai Akhir 2025
Meski masih dalam tahap awal, Amazon tampaknya bergerak dengan strategi yang matang. Dalam keterangannya, perusahaan menyebutkan bahwa seluruh satelit yang telah diluncurkan berhasil diaktifkan dan sudah berkomunikasi dengan sistem kendali di Bumi.
Bila proses ini berjalan sesuai rencana, layanan internet satelit Kuiper diharapkan mulai tersedia untuk pelanggan pada akhir 2025.
Tory Bruno, CEO ULA, mengungkapkan bahwa peluncuran ini adalah awal dari kerja sama jangka panjang antara pihaknya dan Amazon.
“Kami terus memodifikasi fasilitas peluncuran kami di Cape Canaveral untuk mendukung peluncuran Project Kuiper berikutnya. Ini akan memberi manfaat besar, baik untuk pelanggan komersial maupun pemerintah,” ujar Bruno.
Menurut Amazon, total akan ada 80 misi peluncuran yang dijadwalkan untuk menyelesaikan konstelasi satelit Kuiper secara keseluruhan.
Jika berhasil, Kuiper dapat menjadi alternatif serius bagi konsumen yang saat ini bergantung pada Starlink, khususnya di wilayah-wilayah terpencil dan minim infrastruktur.
Persaingan Lintas Negara di Luar Angkasa
Amazon bukan satu-satunya perusahaan yang ingin menantang dominasi Starlink. Beberapa pemain global lain seperti Eutelsat (Prancis) dan Spacesail (China) juga turut serta dalam persaingan menyediakan koneksi internet berbasis satelit.
lNamun dengan keunggulan infrastruktur dan pengalaman yang dimiliki SpaceX, kompetisi ini bukan perkara mudah.
Selain itu, meningkatnya jumlah satelit di orbit rendah juga memunculkan kekhawatiran tentang potensi kepadatan dan tabrakan antar satelit.
Isu ini menjadi perhatian para ilmuwan dan regulator, karena dapat membahayakan misi luar angkasa lainnya serta menciptakan sampah antariksa yang sulit dikendalikan.
Meski masih banyak tantangan di depan, termasuk aspek regulasi, teknologi, dan kompetisi sengit dengan SpaceX, kehadiran Kuiper diharapkan bisa memperluas akses internet global dan membawa pilihan baru bagi konsumen di berbagai belahan dunia.