Transformasi digital di Asia Tenggara kini memasuki babak baru dengan peluncuran resmi AI Class ASEAN, sebuah platform pembelajaran online yang dirancang untuk memperkuat literasi Artificial Intelligence (AI) secara inklusif dan bertanggung jawab. Inisiatif ini diperkenalkan dalam acara bergengsi The 2nd Regional Policy Convening of AI Ready ASEAN yang berlangsung pada 12–13 Agustus di Kuala Lumpur, Malaysia.
Didukung penuh oleh Google.org melalui dana hibah senilai US$ 5 juta, program ini menjadi tonggak penting dalam upaya membekali generasi muda, pendidik, dan orang tua dengan keterampilan AI yang relevan dan berkelanjutan.
AI Class ASEAN merupakan bagian dari program regional AI Ready ASEAN yang akan berjalan selama 2,5 tahun. Platform ini dirancang untuk menjangkau lebih dari 5,5 juta pembelajar di seluruh kawasan, dengan harapan dapat mempercepat adopsi teknologi AI yang aman dan inklusif.
Di tengah perubahan besar dalam sistem pendidikan dan ekonomi global yang dipicu oleh AI, kehadiran platform ini menjadi jawaban atas kebutuhan mendesak akan pembelajaran yang adaptif dan kolaboratif.
Sebagai wujud nyata dari visi tersebut, AI Class ASEAN menghadirkan 70 modul pelatihan gratis yang telah disesuaikan secara lokal untuk menjawab tantangan dan kebutuhan spesifik di masing-masing negara ASEAN.
Fitur-fitur interaktif seperti chatbot berbasis AI, forum diskusi, dan terjemahan langsung menjadikan platform ini sebagai ruang belajar multibahasa yang inklusif dan mudah diakses.
Dalam sambutannya, Dr. Piti Srisangnam selaku Direktur Eksekutif ASEAN Foundation menegaskan bahwa AI Class ASEAN adalah langkah strategis menuju masa depan yang lebih tangguh dan terhubung.
“Membekali komunitas dengan pengetahuan dan keterampilan digital adalah kunci untuk membentuk ASEAN yang siap menghadapi tantangan global. Platform ini diharapkan menjadi katalisator bagi kemajuan bersama, inklusi digital, dan kolaborasi lintas negara,” ujarnya.
Mengusung tema “Bridging AI Literacy and AI Safety: Building Responsible AI in ASEAN,” acara dua hari tersebut mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta, termasuk pembuat kebijakan, pendidik, pemimpin muda, dan organisasi masyarakat sipil.
Diskusi panel, sesi networking, dan peluncuran resmi AI Class ASEAN menjadi sorotan utama dalam pertemuan ini. Momen peluncuran ditandai secara simbolis dengan penekanan tombol oleh tokoh-tokoh penting seperti Menteri Digital Malaysia H.E. Gobind Singh Deo, Sekretaris Jenderal ASEAN H.E. Dr. Kao Kim Hourn, serta Wakil Presiden Google Asia Pacific Ms. Sapna Chadha.
Setelah peluncuran di Kuala Lumpur, AI Class ASEAN juga diperkenalkan dalam ASEAN AI Malaysia Summit 2025 yang turut dihadiri oleh Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Anwar Ibrahim. Kehadiran pemimpin tertinggi negara ini menegaskan pentingnya program AI Ready ASEAN sebagai fondasi bagi masa depan digital yang inklusif dan inovatif di kawasan.
Sejak awal peluncurannya, AI Ready ASEAN telah mencatat pencapaian signifikan melalui kampanye Hour of Code yang menjangkau lebih dari 400.000 penerima manfaat di sepuluh negara ASEAN. Peran aktif mitra pelaksana lokal (Local Implementing Partners/LIP) menjadi kunci dalam membangun jaringan pembelajaran yang kuat di sekolah, universitas, lembaga pemerintah, dan komunitas masyarakat.
Di Indonesia, program ini dijalankan oleh lima mitra utama: Bebras Indonesia, Ruangguru Foundation, MAFINDO, Kaizen Collaborative Impact Foundation, dan Coding Bee Academy. Mereka telah berkolaborasi dengan institusi pendidikan untuk memperkenalkan konsep dasar AI dan memperkuat literasi digital di kalangan siswa, guru, dan orang tua.
Salah satu mitra yang menonjol, Kaizen Collaborative Impact Foundation, menekankan pentingnya aksi nyata dalam menjembatani kesenjangan digital, terutama bagi komunitas rentan dan wilayah 3T.
Kaizen telah menyelenggarakan sesi Hour of Code di 22 lokasi di lima provinsi, termasuk Pulau Selayar dan Pulau Buton, dengan target menjangkau lebih dari 78.000 penerima manfaat pada bulan Agustus.
Selain itu, mereka juga telah melatih lebih dari 1.200 Master Trainer dan mengembangkan materi pembelajaran AI yang relevan untuk berbagai kalangan. Upaya ini menunjukkan komitmen kuat untuk memastikan bahwa literasi AI tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar hadir di tengah masyarakat.
Sementara itu, Ruangguru Foundation juga memberikan kontribusi besar dengan menjangkau lebih dari 100.000 penerima manfaat melalui sesi pelatihan Hour of Code. Dengan pendekatan yang inklusif dan berbasis teknologi, Ruangguru turut memperkuat pondasi pendidikan digital di Indonesia, sekaligus mendorong terciptanya generasi yang siap menghadapi masa depan berbasis AI.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor inovasi AI, terutama dengan kemajuan pesat di sektor fintech. Namun, tantangan seperti keterbatasan akses dan rendahnya kesadaran di wilayah pedesaan masih menjadi hambatan,” tutup Aidil Wicaksono, Founder Kaizen Collaborative Impact Foundation.