Gabriel Martinelli dapat meninggalkan Arsenal di bursa transfer musim panas karena AC Milan tertarik padanya sebagai pengganti Rafael Leao.
Gabriel Martinelli menghadapi keputusan besar dalam kariernya karena laporan transfer menunjukkan ia bisa meninggalkan Arsenal pada musim panas 2025. Pemain Brasil, yang kini berusia 23 tahun, diperkirakan akan menjadi bintang utama dalam sepak bola dunia setelah debutnya yang mengesankan pada tahun 2019, tetapi dalam beberapa musim terakhir ia kesulitan untuk mempertahankan performa yang konsisten.
Menurut GIVEMESPORT, AC Milan tengah memantau Martinelli, dan ia dipandang sebagai calon pengganti Rafael Leao, yang menarik minat Bayern Munich. Milan tengah mempersiapkan rencana untuk menggantikan Leao jika ia pindah ke Bundesliga, dan Martinelli disebut-sebut sebagai salah satu kandidat dalam daftar pendek mereka. Akan tetapi, Arsenal hanya akan membiarkan Martinelli pergi jika mereka menerima bayaran lebih dari 50 juta poundsterling, jumlah yang dapat membantu mereka berinvestasi kembali.
Namun, Martinelli tidak berniat hengkang. Ia tetap berkomitmen untuk memperjuangkan tempatnya di tim utama Arsenal, meskipun Mikel Arteta ingin mendatangkan bek kiri yang tangguh, termasuk Rodrygo dari Real Madrid. Kedatangan Rodrygo bisa membuat Martinelli terdegradasi ke bangku cadangan, menambah urgensi untuk menyelesaikan masa depannya di Emirates.
Dalam konteks ini, pertanyaannya adalah apakah ada kesepakatan pertukaran pemain dengan Milan, yang melibatkan Rafael Leao, yang bisa menjadi solusi bagi Arsenal untuk mendapatkan uang dan terus memperkuat skuad untuk musim mendatang.
Perubahan di San Siro
AC Milan memang bersiap menghadapi perombakan besar setelah musim yang mengecewakan. Theo Hernandez dan Mike Maignan menghadapi pertanyaan mengenai masa depan mereka karena klub memprioritaskan pembangunan kembali skuad dan menyeimbangkan keuangan mereka.
Menurut sumber terpercaya dari Sky Sports, Fabrizio Romano, dan pers Italia, masa depan duo Prancis itu lebih bergantung pada keputusan klub daripada keinginan pribadi mereka.
Baru-baru ini, jurnalis Sky Peppe Di Stefano mengatakan bahwa Milan cenderung “mendesak” Theo dan Maignan keluar dari skuad, meskipun keduanya ingin bertahan. Dalam kasus Theo, sang pemain hanya memiliki sisa kontrak 12 bulan dan telah menerima tawaran senilai 30-35 juta euro dari klub-klub Arab Saudi seperti Al-Hilal.
Meski dijanjikan gaji hingga €20 juta/tahun, bek Prancis itu menolak pindah ke Timur Tengah , berharap menerima tawaran dari tim besar Eropa – dengan Atletico Madrid terus memantaunya.
Sementara itu, kiper Mike Maignan menolak untuk menegosiasikan perpanjangan kontrak meski kontraknya hanya tersisa 1 tahun. Chelsea resmi mengajukan tawaran sebesar 15 juta euro untuk merekrutnya. Meski harga awal tidak memenuhi persyaratan Milan (30 juta euro), kedua belah pihak disebut telah menyepakati angka sekitar 18 juta euro. Kiper kelahiran 1995 itu telah mencapai kesepakatan pribadi dengan The Blues, dan kesepakatan itu kemungkinan akan rampung dalam beberapa hari ke depan, tepat waktu untuk mendaftar ke Piala Dunia Antarklub FIFA 2025.
AC Milan juga telah menyiapkan rencana alternatif dengan membuka negosiasi dengan AS Roma untuk merekrut kiper Mile Svilar. Langkah ini dinilai sebagai langkah proaktif Rossoneri untuk membangun kembali skuad dan mengurangi dana gaji.
Kepergian dua pemain kunci yang membantu Milan memenangkan gelar Serie A pada musim 2021/22 secara bersamaan menimbulkan banyak pertanyaan tentang arah jangka panjang klub tersebut. Opini publik Italia percaya bahwa pimpinan tim lebih mengutamakan keseimbangan finansial daripada mempertahankan bintang. Jika Theo dan Maignan pergi, itu tidak hanya akan menjadi kerugian profesional, tetapi juga peringatan bagi para pemain yang tersisa tentang “reformasi diam-diam” yang terjadi di Milan.
Perombakan ini terjadi bersamaan dengan berpisahnya tim San Siro dengan Sergio Conceicao untuk bersatu kembali dengan pelatih Max Allegri. Setelah musim 2024/25 yang mengecewakan di mana mereka finis di peringkat ke-9 Serie A Liga Italia dan gagal lolos ke komperisi Eropa, Milan memutuskan untuk kembali pada musim berikutnya.