Petugas Bimbingan Ibadah Safari Wukuf, Muntolib.
Makkah (Kemenag) — Menjadi petugas haji harus bisa melepas semua atribut dan jabatan yang dimilikinya. Ini menjadi prinsip bagi Muntolib, salah satu petugas safari wukuf dalam penyelenggaraan haji 1446 H/2025 M.
Muntolib ini sehari-hari menjabat sebagai Kabag TU Kanwil Kemenag Provinsi DIY. Sebagai petugas pembimbing ibadah safari wukuf, ia harus menanggalkan jabatannya itu, melebur bersama petugas lainnya sebagai pelayan tamu Allah.
Muntolib dan 9 petugas pembimbing ibadah safari wukuf ini bertugas untuk memastikan 477 jemaah safari wukuf telah menunaikan haji dengan sah dan menyandang status haji.
Untuk mengingatkan jemaah akan waktu salat, ia meminta jemaah untuk menghidupkan Televisi. Sehingga bisa mendengar suara azan.
Setiap waktu salat, Muntolib memastikan semua jemaah sudah bersiap untuk salat. “Setiap jemaah dicek apakah sudah salat apa belum,” katanya.
Ia juga memastikan kesucian badan jemaah. Apabila ada yang masih pakai pampers, ia lepas pampers yang ada kotoran atau air seni, agar jemaah tidak terbebani najis saat salat dan salatnya menjadi sah.
“Baik jemaah laki-laki maupun perempuan, kita lepas popoknya dulu, kita sucikan badannya agar salatnya sah,” kata Muntolib.
Terkadang, Muntolib harus menemui drama. Ketika mau salat, jemaah tiba-tiba ada yang BAB, kotoran di mana-mana. “Jemaah ini demensia, jadi dia ke sana kemari kotorannya pun tercecer di mana-mana,” katanya.
Muntolib menyayangkan, jemaah demensia secara hukum syariat tidak wajib haji, karena ia kehilangan ingatan. “Ini mestinya sudah dideteksi dari tanah air, tidak berangkat karena tidak mampu lagi secara ingatan,” kata Muntolib.
Dalam melayani jemaah safari wukuf, Mutolib memiliki banyak cara ketika ia dalam keadaan terjepit. Misalnya ketika ia tidak memiliki rekan untuk membangunan jemaah yang sakit, ia harus menarik dengan sarung.
“Kami harus memastikan juga, apakah jemaah ketika mau salat sudah wudu atau belum. Karena kalau waktu mandi, sering kali tidak sekalian wudlu. Maka harus ke kamar mandi lagi untuk berwudu,” kata Muntolib.
Pengalaman tak terlupakan adalah, ketika Muntolib menemani jemaah safari wukuf di Arafah. Muntolib memandu dan membersamai jemaah untuk berdoa. Rasa haru menyelimuti hatinya. Karena doa yang dipanjatkan oleh para jemaah lansia, disabilitas dan risti ini begitu tulus dan penuh air mata. Koordinasi
Muntolib bersyukur rangkaian safari wukuf telah berjalan dengan baik dan sukses. Dan yang paling ia syukuri adalah, Muntolib telah berkhidmat melayani tamu-tamu Allah yang memiliki keistimewaan.