Pemerintah Indonesia mengarahkan upaya strategis untuk mengalihkan fungsi pengujian perangkat telekomunikasi dari laboratorium luar negeri ke fasilitas dalam negeri. Langkah ambisius ini merupakan bagian dari misi untuk mencapai kedaulatan teknologi nasional sekaligus meningkatkan standar pengujian perangkat telekomunikasi di Indonesia.
Kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjadi penggerak utama terobosan ini, yang secara resmi disepakati di Indonesia Digital Test House (IDTH) yang berlokasi di Depok, Jawa Barat.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa kemitraan antara Komdigi dan BSN merupakan titik krusial dalam perjalanan Indonesia menuju kemandirian digital. Menurutnya, kerja sama ini bukan hanya sebuah formalitas, melainkan langkah nyata yang mengedepankan sinergi untuk meningkatkan kepercayaan baik di tingkat nasional maupun internasional terhadap hasil pengujian perangkat.
“Kerja sama dengan BSN mengesahkan komitmen kami dalam penguatan mutu pengujian. Langkah ini akan mendukung percepatan proses akreditasi laboratorium uji dan penetapan BUDN yang sangat penting bagi sektor telekomunikasi,” ungkapnya.
Seiring perkembangan teknologi dan meningkatnya persaingan global, Indonesia Digital Test House (IDTH) yang telah beroperasi sejak Mei 2024, kini mendemonstrasikan perannya sebagai pusat unggulan pengujian perangkat telekomunikasi.
Dilengkapi dengan fasilitas canggih dan sumber daya manusia profesional, IDTH menjadi ujung tombak dalam memastikan bahwa setiap hasil uji tidak hanya akurat, tetapi juga dapat diakui secara internasional.
Pendirian IDTH merupakan simbol dedikasi pemerintah untuk membangun pusat keunggulan (center of excellence) yang memiliki kemampuan bersaing di kancah regional dan global.
Keunggulan fasilitas pengujian dalam negeri ini terlihat dari capaian pendapatan yang sudah membukukan lebih dari Rp32 miliar selama tiga tahun terakhir. Meski hasil tersebut masih jauh dari potensi pasar dunia, perbandingan dengan negara lain seperti Jerman yang meraih lebih dari Rp59 triliun per tahun serta Korea Selatan dengan target pendapatan di kisaran Rp11 triliun menunjukkan adanya peluang signifikan bagi industri pengujian dalam negeri.
“Sebagian besar perangkat yang saat ini masuk ke Indonesia diuji di luar negeri. Dengan kesiapan yang telah kita tunjukkan, saya yakin dalam satu tahun ke depan kita sudah mampu mengalihkan pengujian hampir semua perangkat ke laboratorium dalam negeri,” ujar Meutya Hafid.
Melalui upaya terintegrasi ini, pemerintah tidak hanya berinvestasi dalam peningkatan kapasitas laboratorium dalam negeri, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi dan peningkatan daya saing industri telekomunikasi. Sinergi antara Komdigi dan BSN terbukti menjadi fondasi penting bagi penguatan sistem pengujian nasional, sekaligus mendukung pembangunan ekosistem digital yang transparan dan terpercaya.
Langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia serius dalam menerapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk mencapai kedaulatan teknologi, sekaligus membangun reputasi sebagai pusat inovasi dan pengujian yang diakui di mata dunia.
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, langkah ini diharapkan akan membawa dampak positif bagi seluruh ekosistem digital Indonesia, memperkuat posisi negara dalam peta persaingan teknologi dunia, serta memberikan kepercayaan yang lebih tinggi bagi warga dan pelaku industri bahwa inovasi dan standar mutu perangkat telekomunikasi selalu menjadi prioritas utama.