Hasan Djunaidy Hapsy, lansia risti salah satu peserta safari wukuf khusus
Makkah (Kemenag) — Hasan Djunaidy Hapsy (65) makan dengan lahap suapan-suapan yang diberikan istrinya, Nur Sitania. Sebelumnya, ia sempat menangis, didera haru dan terbawa suasana, saat Husni Abdillah, petugas haji, terus mendampingi di bus sembari menyuapinya makan.
Pria lanjut usia yang nyaris tak bergerak di kursi rodanya itu baru saja digendong naik oleh beberapa petugas haji. Begitu Hasan Djunaidy duduk nyaman, Husni Abdillah kemudian sigap memastikan saturasi oksigen dan tekanan darah Hasan terpantau aman. Husni Abdillah, perawat pada tim II safari wukuf khusus, terus memberi semangat pada Hasan Djunaidy. Husni tak beranjak dari sisi Hasan, hingga dia berangsur tenang.
Hasan Djunaidy adalah salah satu dari 50 peserta safari wukuf khusus dari sektor II Makkah. Mereka semua adalah jemaah haji lanjut usia (lansia) dan risiko tinggi (risti). Mereka dijemput dari hotel asal, Senin (2/6/2025) untuk disatukan di hotel transit yang disiapkan secara khsusus bagi mereka, menjelang Armuzna.
Nur Sitania berkali-kali mengelus kepala dan bahu Hasan Djunaidy dengan penuh sayang sekaligus kekhawatiran. Ia bercerita sambil menitikkan air mata. Menurutnya, Hasan menderita stroke selama dua tahun terakhir, sehingga harus terduduk di kursi roda yang membatasi geraknya. Namun, Nur Sitania berangsur-angsur tenang, sama seperti suaminya, ketika Husni Abdillah terus meyakinkan kedua sejoli lanjut usia itu, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Menurut Husni, petugas akan mengurus semua peserta safari wukuf khusus ini dengan sebaik-baiknya.
Nur Sitania bukan peserta safari wukuf khusus, betapapun ia ingin terus berada di samping suaminya untuk merawatnya langsung. Ia tidak masuk kategori peserta safari tersebut mempertimbangkan usia dan kondisi kesehatannya yang cukup baik.
Hasan Djunaidy dan Nur Sitania, pasangan asal Provinsi Maluku itu tampak tenang ketika Dokter Ismawaty Muis turut memberi dukungan moril dan menyemangati jemaah lansia risti yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 24 Embarkasi Makassar (UPG 24).
“Antua, tidak apa-apa e, dua hari lagi katong bakudapa e”, ucap dr. Ismawaty berulangkali dengan sungguh-sungguh, meyakinkan Hasan yang tampaknya berat berpisah dengan orang-orang dan lingkungan di mana ia biasa berada selama di Makkah. Dr. Ismawaty lantas berbincang dengan Husni Abdillah terkait pelayanan yang harus diberikan pada Hasan Djunaidy sesuai kondisi sakitnya.
Nur Sitania lantas menjelaskan perawatan yang biasa ia berikan pada suaminya, termasuk memakaikan dua lapis diapers khusus lansia, untuk kenyamanan buang air besar suaminya. Husni Abdillah menanggapi dan meyakinkan Nur Sitania, bahwa ia dan timnya akan merawat Hasan sebaik-baiknya, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan berlebihan.
“Kita berusaha semaksimal mungkin memberikan layanan sebaik-baiknya, semata-mata berharap barokah dari tugas kita”, demikian Husni Abdillah mengatakan pada Tim Media Center Haji (MCH). Perawat yang sehari-hari bertugas di Rumah Sakit Haji Jakarta itu tampak intens berinteraksi dengan para peserta safari wukuf khusus.
Hal senada dikatakan dr. Ismawaty Muis, yang mengatakan senang dan ikhlas, semata-mata mengharapkan keridaan Allah Swt., dalam menjalankan tugasnya sebagai dokter Tenaga Kesehatan Haji (TKH) pada kloter 24 UPG ini. Menurut dokter yang mengabdi Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku itu, para jemaah haji lansia dan risti pada kloter itu, baik dan patuh atas nasehat dan sarannya sebagai dokter mereka.
Total ada 500 jemaah haji lansia dan risti peserta safari wukuf khusus dari 10 sektor yang ada di Makkah. Masing-masing sektor tersebut diberi kuota 50 peserta. Dan ada 10 petugas pada setiap 50 peserta safari wukuf. Petugas terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang perawat, 1 orang pembimbing ibadah, dan 7 orang petugas layanan Lansia dan Disabilitas.
Safari Wukuf Lansia Khusus adalah program yang disiapkan PPIH Arab Saudi untuk memfasilitasi jemaah haji lansia dan disabilitas untuk mengikuti wukuf di Arafah, meski hanya sebentar dan tetap berada di bus. Jemaah diberangkatkan menggunakan bus yang disiapkan secara khusus lalu diberangkatkan menuju Arafah menjelang waktu Zuhur. Setelah dirasa cukup mengikuti proses wukuf, jemaah lansia dan disabilitas ini kembali menuju hotel yang disiapkan sebagai tempat transit mereka.