Makkah (Kemenag) — Lantunan tahlil menggema di musala Hotel Thatwal al-Khalil (913), Misfalah Makkah. Ratusan jemaah haji asal kelompok terbang (kloter) 56 Embarkasi Solo (SOC 56) berkirim doa untuk almarhum KH Maimun Zubair.
Kegiatan ini adalah haul Mbah Mun yang diadakan pada Minggu (1/6/2025). KH Abdul Hafidz, salah satu jemaah yang merupakan santri Mbah Mun, memimpin haul yang sudah berjalan selama enam tahun terakhir ini. Peserta tampak khusyuk membaca Yasin dan tahlil sembari mengenang haru sosok ulama yang kharismatik ini.
Usai pembacaan Yasin dan tahlil, acara diisi oleh tausiyah dari KH Nawawi. KH Nawawi sempat bercerita tentang kenangan bersama Mbah Mun di saat-saat terakhir wafat di tanah suci.
“Pada hari Jumat, kami semua sowan Beliau. Begitu pamit, semua dapat sangu dari Beliau. Yang paling istimewa, istri saya meminum air zam-zam dari Beliau. Sambil memberikan wejangan kepada kami untuk sabar,” kenangnya.
Dan beberapa hari kemudian, tepatnya hari Selasa, 6 Agustus 2019 Mbah Mun menghadap Sang Ilahi.
Panitia kegiatan, Abdullah Mahbub mengatakan, tahun ini adalah haul ke-6. Acara semacam ini diadakan setiap tahun. Haul diinisiasi oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) Al-Anwar Sarang.
“Peserta haul ini adalah jemaah Kabupaten Rembang yang melaksanakan haji tahun ini. Rata-rata mereka adalah santrinya Mbah Maimun atau siapa saja Muhibbin Beliau,” kata Mahbub.
KH Maimun Zubair adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang. Ulama yang disapa Mbah Mun ini wafat ketika musim haji pada tahun 2019. Pemakaman Ma’la menjadi tempat peristirahatan terakhir kyai kharismatik ini. Beliau memang bercita-cita dimakamkan di Ma’la berdekatan dengan makam Sayyidah Khadijah Kubro, sosok yang dikaguminya.
Mbah Mun adalah deretan ulama Indonesia yang dimakamkan di Jannatul Ma’la. Selain Mbah Mun, terdapat pula ulama yang dimakamkan di Ma’la, di antaranya KH Ahmad Khatib Sambasi, Syaikh Nawawi Bantani, Syaikh Junaid Betawi, Syaikh Abdul Haq Banten, Syaikh Mahfuzh Tremas, Syaikh Abdul Qadir Mandaling, dan Syaikh Yasin Padang.