Muhammad Nasir (59) dan Aulia Purnamasari Nasir (26), jemaah haji asal Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan menunaikan ibadah haji ifrad.
Makkah (Kemenag) — Sebagian besar jemaah Indonesia berhaji dengan memilih Haji Tamattu’. Tapi ada juga yang memilih menunaikan Haji Ifrad. Salah satunya adalah pasangan ayah dan anak asal Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Keduanya adalah Muhammad Nasir (59) dan Aulia Purnamasari Nasir (26). Jemaah haji kloter 23 Embarkasi Makassar (UPG 23) ini memilih menunaikan Haji Ifrad sejak 17 Mei 2025. Sedari dari Embarkasi Makassar (UPG), Nasir dan Aulia sudah berpakaian ihram dan melakukan sudah-sunah ihram. Kemudian berniat ihram ketika pesawat berada di Yalamlam.
Baik Nasir maupun Aulia, keduanya harus menjaga diri dari larangan ihram hingga mereka selesai melakukan rangkaian haji pada masa puncak haji. Namun hal itu tidak menjadi hal yang memberatkan bagi keduanya, karena jauh-jauh hari sebelumnya mereka sudah bertekad dan menata niat.
Sejak kedatangan mereka berdua di Makkah, mereka menghindari larangan ihram, seperti tidak menggosok gigi, dan tidak memakai tutup kepala dan tidak memakai pakaian berjahit. Padahal, Nasir hanya membawa dua pakaian ihram.
“Saya tidak memakai wangi-wangian selama berihram. Juga tidak menggosok gigi karena khawatir akan berdarah. Alhamdulillah, mulutnya tidak bau,” kata Nasir ketika diwawancara Kamis (29/5/2025).
Kalau pergi ke Masjidil Haram, Nasir juga tidak memakai tutup kepala, hanya memakai pakaian ihram. “Ditemani putri saya, saya pergi ke Masjidil Haram tidak memakai penutup kepala, hanya memakai pakaian ihram,” lanjutnya.
Sementara itu, Aulia juga berupaya untuk menjaga larangan ihram. Sama dengan Nasir, Aulia juga menghindari wangi-wangian dan tidak menggosok gigi. Uniknya, Aulia menjalankan tradisi untuk selalu berpakaian ihram warna putih. “Dalam tradisi kami, pakaian ihram tidak berwarna-warni, hanya putih. Saya hanya bawa 3 set baju ihram putih, dan sering mencucinya. Begitu juga ayah, cuci kering pakai,” akunya.
Hal yang ia hindari pula, lanjutnya, adalah bertransaksi jual beli tanpa menawar. Dalam larangan ihram, jemaah tidak dianjurkan melakukan perdebatan. “Kalau tawar menawar kan pasti ada perdebatan. Jadi kalau beli barang saya tidak menawar. Begitu harga cocok saya langsung beli,” jelas Aulia.
Untuk meminimalisir larangan ihram ini, Aulia dan Nasir tidak banyak melakukan aktivitas di luar hotel. “Paling hanya keluar belanja dan salat di Masjidil Haram. Selain itu banyak di hotel,” kata Aulia.
Untuk diketahui, haji ada tiga jenis. Pertama, haji Tamattu’, yaitu melaksanakan umrah terlebih dahulu, baru kemudian berniat haji. Haji ini dikenakan dam.
Sedangkan haji Qiran adalah niat melaksanakan ibadah haji dan umrah secara bersamaan, dimana prosesi ibadah seperti thawaf, sa’i, dan tahallul dilakukan satu kali.
Sementara haji ifrad adalah, mendahulukan haji. Setelah seluruh rangkaian ibadah hajinya selesai, baru ia melaksanakan umrah. Jenis haji ini tidak dikenai dam.
Kompak Bersama Ayah
Aulia mengaku sangat terharu begitu menapakkan kaki pertama di tanah suci. Selama ini, Aulia hanya bisa merindukan tanah suci dan selalu menangis ketika melihat Ka’bah di media sosial. “Begitu sampai di Bandara King Abdul Aziz Jeddah saya langsung menangis bahagia, akhirnya sampai juga saya di Arab Saudi, katanya sambil menitikkan air mata.
Haji memang sudah menjadi cita-cita Aulia sejak kecil. Karena itu, Nasir mendaftarkan Aulia berhaji ketika masih pelajar. “Kebetulan mamanya saya sudah berhaji sebelum menikah. Jadi Ayah mendaftarkan saya yang berhaji mendampingi Beliau,” ungkapnya.
Aulia dan Nasir adalah gambaran anak dan Ayah yang saling menjaga. Selama di tanah suci, keduanya selalu mengingatkan dan menunaikan ibadah di Masjidil Haram bersama. “Saya merasa dilindungi oleh ayah. Ketika tidak ada angkat koper, ada ayah yang bantu saya,” ucapnya.
Nasir yang beraktivitas berdagang gorden ini berfokus untuk menunaikan ibadah haji bersama sang putrinya.
Sementara Aulia, merasa masih bermimpi bisa berada di tanah suci. Perempuan yang memiliki 1 putri dan sehari-hari mengajar Bahasa Inggris ini mengaku belum pernah umrah. ‘Ini pertama kali saya ke tanah suci,” katanya.
Ia merasakan nuansa yang begitu indah di tanah yang begitu lama ia rindukan. “Ternyata seindah ini tanah haram,” ungkapnya.
Begitu indahnya, Aulia suatu saat ingin mengajak keluarganya ke tanah suci. “Begitu sampai di tanah suci, saya langsung ingat keluarga saya, saya doa memohon kepada Allah untuk memanggil keluarga saya, termasuk anak saya yang masih 2 tahun, semoga bisa ke sini bersama-sama,” pungkasnya.