Kepala KKHI Daker Makkah, dr. Edy Supriyatna (kanan) dan Wakil Kepala KKHI Makkah dr. Nurkhalis (kiri).
Makkah (Kemenag) — Suasana gedung itu masih lengang. Puluhan ranjang pasien dan beberapa ruang pelayanan pasien di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sudah tertata dengan rapi, siap melayani tamu-tamu Allah di tanah suci.
KKHI Makkah berada di wilayah Aziziyah Makkah. Klinik kesehatan ini sedianya sudah melayani jemaah haji Indonesia, namun belum beroperasi karena izin dari Kementerian Kesehatan Pemerintah Arab Saudi belum terbit.
Kepala KKHI Daker Makkah, dr. Edy Supriyatna mengatakan, PPIH Arab Saudi telah mempersiapkan KKHI sejak 7 Mei 2025. “Namun karena izin dari Kementerian Kesehatan belum turun, maka belum bisa beroperasi. Semoga saja dalam waktu dekat sudah bisa beroperasi, mengingat jemaah semakin banyak yang datang ke Makkah,” kata dr. Edy didampingi Wakil Kepala KKHI Makkah dr. Nurkhalis, Rabu (21/5/2025).
dr. Edy mengatakan, KKHI ini siap melayani kesehatan jemaah haji Indonesia dengan sejumlah fasilitas yang ada di lima lantai. Antara lain 62 ranjang pasien, Apotek, IGD, HCU, ruang laboratorium, ruang radiologi dan sarana prasarana terkait rujukan ke RS Arab Saudi.
107 Tenaga Medis
Selain itu, KKHI juga dilengkapi dengan 107 tenaga medis. Di antaranya 28 dokter spesialis, 10 dokter umum, 50 perawat (30 perawat di KKHI dan 20 perawat di sektor), sert tenaga kesehatan lainnya seperti radiografer, analis laboratorium, dan apoteker.
Edy mengatakan, sebagai bentuk pelayanan kesehatan kepada jemaah, pihaknya sudah turun ke lapangan, baik ke sektor-sektor maupun pos satelit kesehatan. “Jadi kita turunkan tenaga-tenaga spesialis itu ke sektor-sektor dan pos satelit. Perawatnya juga, untuk menguatkan pelayanan di kloter dan sektor,” kata Edy.
dr. Edy menjelaskan, pelayanan kesehatan juga dilakukan oleh petugas kesehatan di setiap kloter. Setiap kloter didampingi oleh dua petugas kloter bidang kesehatan, yaitu 1 dokter dan 1 perawat. 2 Petugas kesehatan ini bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan kloter.
“Namun apabila mereka membutuhkan konsultasi, kami langsung turun ke lapangan (kloter). Dan apabila mereka membutuhkan rujukan di RS Arab Saudi, akan kami fasilitasi,” terangnya.
Untuk mendukung pelayanan kesehatan jemaah, pihaknya menyiapkan 1 ambulance dan 2 tenaga perawat di setiap sektor untuk membantu rujukan ke Rumah Sakit Arab Saudi.
Rujukan ini, lanjut dr Edy, utamanya bagi mereka yang menderita penyakit cukup parah, seperti penyakit paru kronis dan jantung.
dr. Edy mengimbau kepada tenaga medis untuk memantau secara intens terhadap jemaah yang memiliki penyakit resiko tinggi (risti). “Jemaah dengan komorbid risti ini harus selalu diawasi dan dipantau ketat. Tenaga kesehatan kami minta selalu memonitor kesehatannya, kalau perlu setiap hari dikontrol,” tegasnya.