Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini telah memasuki hampir seluruh aspek kehidupan modern, termasuk dalam dunia jurnalisme. Namun, alih-alih disambut dengan optimisme, sebuah survei dari Pew Research Center menunjukkan bahwa masyarakat Amerika Serikat justru semakin pesimistis terhadap dampak jangka panjang AI terhadap berita dan profesi jurnalis.
Dalam survei yang dilakukan pada musim panas 2024, hampir separuh warga AS (50%) percaya bahwa kehadiran AI akan membawa dampak negatif terhadap berita yang dikonsumsi masyarakat dalam dua dekade mendatang. Dari jumlah itu, 24% menyebut dampaknya akan sangat negatif, sementara 26% menyebut cukup negatif.
Sebaliknya, hanya 10% yang melihat dampak positif dari AI terhadap berita, dengan rincian 2% menilai sangat positif dan 8% cukup positif. Sebanyak 23% responden memilih netral, menilai dampak AI akan seimbang antara positif dan negatif. Sisanya, 16% tidak memiliki pendapat pasti.
Kekhawatiran publik tidak hanya berhenti pada kualitas berita. Survei juga menyoroti kekhawatiran akan nasib para jurnalis profesional. Sebanyak 59% warga AS memperkirakan bahwa AI akan mengurangi jumlah pekerjaan di dunia jurnalistik dalam 20 tahun ke depan.
Hanya 5% yang optimis bahwa AI akan menciptakan lebih banyak pekerjaan. Sementara itu, 17% menilai tidak akan ada perubahan signifikan, dan 19% lainnya tidak yakin.
Temuan ini memperkuat hasil survei Pew sebelumnya yang juga melibatkan para pakar AI. Para ahli tersebut secara umum sepakat bahwa AI akan berdampak negatif pada kualitas berita dan mengancam keberlangsungan profesi jurnalis.
Belum Mampu Saingi Jurnalis Profesional
Meski teknologi AI kini mampu menulis berita dalam hitungan detik, banyak warga AS yang masih meragukan kemampuannya. Sebanyak 41% responden menyatakan bahwa AI akan menulis berita dengan kualitas yang lebih buruk dibandingkan manusia profesional.
Sementara itu, hanya 19% yang percaya AI bisa melakukan tugas tersebut dengan lebih baik, dan 20% menyebut kualitasnya sama saja.
Namun, bukan berarti masyarakat merasa aman. Sebanyak 66% warga Amerika sangat atau sangat khawatir terhadap penyebaran informasi yang tidak akurat dari AI, terutama dari teknologi seperti large language models yang kerap kali menghasilkan “halusinasi AI” yaitu informasi palsu yang tampak meyakinkan tapi sebenarnya keliru.
Perusahaan teknologi pun telah mengakui adanya potensi kesalahan dalam model AI mereka. Masalah ini menimbulkan kekhawatiran serius, khususnya dalam konteks jurnalisme yang sangat bergantung pada akurasi dan kredibilitas.
Meski masyarakat AS terpolarisasi secara politik, pandangan mereka terhadap dampak AI terhadap jurnalisme justru relatif seragam.
Sekitar 21% dari pemilih Partai Republik dan 18% dari Partai Demokrat menyatakan bahwa AI saat ini bisa menulis berita lebih baik daripada jurnalis profesional.