Google bersiap menghadirkan fitur inovatif yang dikabarkan memiliki kemiripan dengan Pinterest, sebuah langkah strategis yang diumumkan akan diluncurkan pada konferensi pengembang tahunan Google I/O minggu depan.
Fitur baru ini dirancang untuk menampilkan hasil gambar yang relevan dengan kueri pengguna, sehingga memberikan inspirasi segar dalam dunia mode, desain interior, dan berbagai bidang kreatif lainnya.
Menurut laporan dari The Information dan dikutip Engadget, Rabu (14/5/2025), fitur inovatif ini memungkinkan pengguna mencari dan menyimpan gambar ke dalam folder yang telah ditentukan berdasarkan kategori atau tema tertentu. Misalnya, seorang pengguna yang sedang mencari inspirasi untuk dekorasi rumah dapat dengan mudah mengorganisir gambar-gambar yang didapatkan ke dalam folder terpisah.
Meskipun fitur ini sering disamakan dengan Pinterest karena kemampuannya menampilkan koleksi gambar inspiratif, ada kemungkinan besar bahwa pendekatan yang diadopsi akan lebih menyerupai konsep Cosmos.
Cosmos sendiri dikenal sebagai platform kurasi ide yang sederhana dan efisien, memungkinkan pengguna mengelompokkan berbagai hasil penelusuran dari web dan berbagi koleksi tersebut dengan orang lain secara mudah.
Di balik peluncuran fitur ini, ada upaya strategis dari Google untuk mengamankan pendapatan iklan yang selama ini bergantung pada kueri komersial. Dalam beberapa bulan terakhir, persaingan yang semakin ketat dari platform seperti ChatGPT telah menyebabkan pergeseran pengguna dalam mencari informasi, terutama untuk pencarian seputar pekerjaan rumah dan matematika.
Kendati jenis kueri ini biasanya tidak mendatangkan pendapatan iklan yang besar, Google menyadari pentingnya menjaga pendapatan iklan dari pertanyaan-pertanyaan komersial. Melalui fitur baru ini, Google berharap dapat menawarkan pengalaman pencarian visual yang lebih menarik, sehingga mampu mempertahankan dan menarik kembali pengguna yang mungkin mulai beralih ke alternatif lain di dunia digital.
Selain menghadirkan solusi pencarian berbasis gambar, Google juga tampak serius mengembangkan teknologi pendukung lainnya untuk memudahkan kegiatan para pengembang. Ada kabar bahwa perusahaan raksasa ini akan memperkenalkan sebuah “agen siklus pengembangan perangkat lunak” yang dirancang khusus untuk membantu teknisi dalam mengidentifikasi bug dan menandai potensi kerentanan keamanan selama proses pengembangan program.
Inovasi semacam ini tentunya akan sangat berguna dalam mempercepat proses debugging serta meningkatkan keamanan aplikasi dan sistem, menjadikan para pengembang lebih produktif dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul di era digital yang terus berkembang.
Integrasi kecerdasan buatan tidak berhenti di situ. Google juga sedang mengembangkan fitur yang menggabungkan chatbot Gemini AI berbasis suara ke dalam perangkat seperti kacamata dan headset yang mendukung Android XR. Teknologi ini diharapkan akan memberikan pengalaman interaktif yang lebih personal dan responsif, memungkinkan pengguna untuk mengendalikan perangkat mereka dengan perintah suara secara lebih natural.
Selain itu, Google juga telah melakukan pengujian integrasi Gemini Live di dalam browser desktop Chrome, yang akan meningkatkan interaksi dan keterlibatan pengguna dengan berbagai jenis konten secara real-time. Dengan demikian, kolaborasi antara perangkat keras dan kecerdasan buatan semakin mengukuhkan posisi Google sebagai pelopor dalam inovasi teknologi.
Konferensi pengembang tahunan Google I/O yang dijadwalkan dimulai pada tanggal 20 Mei tahun ini menjadi panggung utama bagi berbagai pengumuman penting dari Google. Acara ini selalu dinanti oleh para pengembang, praktisi teknologi, dan penggemar digital, mengingat setiap edisinya selalu menghadirkan terobosan baru yang mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi.