Di tengah pembatasan ekspor teknologi dari Amerika Serikat dan sekutunya, China kembali mencuri perhatian dunia lewat langkah mengejutkan dari perusahaan chip nasionalnya, Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC).
Perusahaan tersebut dilaporkan telah berhasil memproduksi chip berproses 5nm tanpa menggunakan mesin Extreme Ultraviolet Lithography (EUV), teknologi yang selama ini dianggap sebagai syarat utama dalam manufaktur chip canggih.
Sebagai gantinya, SMIC menggunakan pendekatan lama namun sangat kompleks, yaitu Deep Ultraviolet Lithography (DUV) yang dikombinasikan dengan teknik Self-Aligned Quadruple Patterning (SAQP).
Keberhasilan ini menandai lompatan signifikan bagi industri semikonduktor China, yang selama ini dinilai tertinggal dalam hal teknologi manufaktur chip mutakhir.
DUV Gantikan EUV, SMIC Buktikan Kemampuan Teknikal
Selama bertahun-tahun, mesin EUV yang hanya diproduksi oleh perusahaan asal Belanda, ASML, dianggap tidak tergantikan untuk memproduksi chip berukuran 5nm dan lebih kecil.
Namun, karena sanksi perdagangan yang diberlakukan Amerika Serikat dan mitra dagangnya, SMIC tidak memiliki akses ke mesin tersebut.
Alih-alih menyerah, SMIC menggunakan pendekatan berlapis berbasis DUV dan teknik SAQP. Proses ini melibatkan pengulangan litografi dan etsa berkali-kali dalam satu lapisan untuk menghasilkan pola yang sebanding dengan EUV.
Meskipun jauh lebih rumit, lambat, dan mahal, metode ini terbukti efektif dalam menciptakan chip 5nm yang fungsional.
Menurut analis semikonduktor William Huo, pencapaian SMIC ini tak hanya menunjukkan kecanggihan teknis, tetapi juga strategi ketahanan teknologi jangka panjang yang sedang dibangun China.
“Ini bukan sekadar menyalin. SMIC kini adalah frontline fab dengan kemampuan orisinal,” ujar Huo melalui platform X.
Ekosistem Lokal Semakin Matang
Tidak hanya SMIC, sejumlah perusahaan penyedia alat manufaktur chip di China juga mengalami pertumbuhan signifikan. AMEC (Advanced Micro-Fabrication Equipment Inc.) kini sudah dianggap sejajar dengan Lam Research dari AS dalam bidang peralatan etsa.
NAURA Technology Group juga berhasil mengembangkan peralatan pembersih wafer yang bisa menyaingi produk dari Tokyo Electron (TEL) asal Jepang.
Kemajuan ini menunjukkan bahwa China tak lagi hanya bertumpu pada teknologi asing. Mereka kini tengah membangun rantai pasok semikonduktor yang sepenuhnya mandiri, dengan fokus pada peningkatan kompetensi teknis dari hulu ke hilir.
Huawei dan Efek Balik dari Sanksi
Keberhasilan SMIC dalam produksi chip 5nm tanpa EUV turut mendukung kebangkitan Huawei. Perusahaan teknologi raksasa ini baru saja meluncurkan chip AI bernama Ascend 920 yang dibuat dengan proses 6nm oleh SMIC.
Chip ini memiliki performa hingga 900 TFLOPS, atau sekitar 30–40% lebih tinggi dibanding pendahulunya, Ascend 910C.
Dengan bandwidth memori 4 TB/s dan tanpa kendala ekspor seperti yang dialami chip Nvidia, Ascend 920 kini menjadi pilihan utama banyak perusahaan AI di China.
Ironisnya, sanksi yang dimaksudkan untuk melemahkan industri semikonduktor China malah memperkuat ekosistem lokal.
SMIC Incar 3nm dengan Teknik SAOP
Tidak berhenti di 5nm, SMIC kabarnya tengah menguji pendekatan lebih ekstrem: Self-Aligned Octuple Patterning (SAOP). Jika berhasil, teknik ini akan membuka peluang produksi chip 3nm hanya dengan menggunakan DUV, tanpa bantuan EUV sama sekali.
Langkah ini memang terdengar sangat ambisius. Namun mengingat keberhasilan mereka dengan 7nm dan kini 5nm, kecil kemungkinan dunia menganggapnya sebagai hal mustahil lagi.
Pencapaian SMIC ini menandakan babak baru dalam kompetisi global industri semikonduktor.