Google telah mengumumkan inovasi terbaru dalam keamanan digital, menghadirkan sistem pertahanan berbasis AI untuk memerangi penipuan online di Chrome. Teknologi baru ini memanfaatkan Gemini Nano, model bahasa besar (LLM) yang kini akan tersedia di desktop, memberikan lapisan perlindungan ekstra bagi pengguna terhadap ancaman siber.
Selain itu, Google juga memperkenalkan peringatan AI terbaru di Chrome untuk Android, dirancang untuk membantu pengguna mengidentifikasi dan menghindari notifikasi spam atau menyesatkan.
Perlindungan Lanjutan dengan AI: Lebih Aman dari Phishing dan Penipuan
Dilansir Mashable Indonesia dari Techcrunch, Jumat (9/5/2025), Google mengungkapkan bahwa mode Perlindungan Lanjutan dari Penjelajahan Aman di Chrome menawarkan tingkat keamanan tertinggi, dengan perlindungan dua kali lebih efektif terhadap phishing dan serangan siber dibandingkan mode Perlindungan Standar. Kini, dengan Gemini Nano, pengguna mendapatkan tambahan lapisan proteksi terhadap ancaman digital yang semakin berkembang.
Google menjelaskan bahwa pendekatan AI pada perangkat memungkinkan analisis langsung terhadap situs berisiko, bahkan mendeteksi jenis penipuan yang belum pernah terlihat sebelumnya.
“LLM Gemini Nano sangat ideal dalam menyaring berbagai karakteristik situs web yang kompleks, membantu kami beradaptasi dengan taktik penipuan baru lebih cepat,” ujar Google dalam postingan blog resminya.
AI Memerangi Penipuan: Dari Notifikasi Spam hingga Penelusuran Online
Google telah menggunakan AI untuk memblokir klaim dukungan teknis palsu dan berencana memperluas perlindungan ke perangkat Android, serta menghadapi lebih banyak jenis penipuan digital ke depannya.
Selain itu, Google kini mengatasi risiko dari notifikasi berbahaya yang muncul di Chrome Android. Jika model pembelajaran mesin mendeteksi pemberitahuan mencurigakan, pengguna akan menerima peringatan dan memiliki opsi untuk berhenti berlangganan atau memblokir konten.
AI di Penelusuran: Ratusan Juta Halaman Penipuan Terblokir
Dalam pengumuman terbaru, Google mengungkapkan bahwa AI telah digunakan untuk menghentikan penipuan dalam Penelusuran, memblokir ratusan juta hasil penipuan setiap hari. Sistem deteksi berbasis AI telah mampu mengidentifikasi 20 kali lebih banyak halaman berbahaya dibanding metode sebelumnya.
Salah satu contoh nyata adalah peningkatan penipuan layanan pelanggan maskapai, di mana pelaku kejahatan menyamar sebagai agen resmi dan menipu pengguna yang mencari bantuan. Berkat AI, Google berhasil menekan angka penipuan ini hingga lebih dari 80%, mengurangi risiko pengguna menemukan nomor telepon palsu dalam hasil pencarian.
AI Jadi Andalan Hindari Kejahatan Siber
Seperti diketahui, AI semakin menjadi benteng utama dalam keamanan siber, membantu mendeteksi dan mencegah serangan digital yang semakin canggih. Berikut beberapa cara AI digunakan untuk melindungi dari kejahatan siber:
- Analisis Perilaku Pengguna: AI dapat memantau pola aktivitas pengguna dan mendeteksi anomali yang mengindikasikan potensi ancaman.
- Penyaringan Serangan Phishing: AI membantu menyaring email dan situs web berbahaya untuk melindungi pengguna dari rekayasa sosial.
- Manajemen Identitas dan Akses: AI digunakan untuk mengamankan autentikasi pengguna, mengurangi risiko akun diretas.
- Deteksi Ancaman Real-Time: Sistem seperti Darktrace dan CrowdStrike Falcon menggunakan AI untuk menganalisis lalu lintas jaringan dan mendeteksi serangan sebelum terjadi.
- Keamanan Aplikasi Mobile: AI digunakan untuk melawan deepfake dan pencurian identitas, terutama dalam sektor perbankan dan fintech.
- Pemantauan Situs Berisiko: AI membantu mengidentifikasi dan memblokir situs web berbahaya, termasuk yang menyebarkan malware atau melakukan penipuan.
Di Indonesia, pemerintah juga mulai mengadopsi AI untuk menangani kejahatan siber, termasuk dalam memantau transaksi keuangan dan memblokir akses ke judi online.
Seiring berkembangnya teknologi, AI akan terus menjadi pilar utama dalam keamanan digital, membantu individu dan perusahaan melindungi data mereka dari ancaman yang semakin kompleks.