Di era digital yang serba cepat, akses internet yang stabil dan luas menjadi kebutuhan primer. Kini, Starlink jaringan satelit milik SpaceX yang digadang-gadang sebagai solusi internet global melangkah lebih jauh dengan teknologi terbaru yakni koneksi langsung ke smartphone tanpa perangkat tambahan.
Inovasi ini berpotensi mengubah cara mengakses internet, terutama di daerah terpencil dan wilayah dengan infrastruktur terbatas. Lantas, bagaimana cara kerjanya? Apa dampaknya bagi pengguna sehari-hari? Simak ulasan lengkapnya yang sudah Mashable Indonesia himpun dari berbagai sumber, Senin (5/5/2025).
Starlink, proyek ambisius Elon Musk di bawah bendera SpaceX, telah meluncurkan ribuan satelit low-earth orbit (LEO) untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi di seluruh dunia. Awalnya, pengguna memerlukan perangkat khusus seperti antena parabola kecil (dishy) untuk menerima sinyal.
Namun, kabar terbaru mengungkap bahwa Starlink sedang mengembangkan teknologi agar smartphone bisa terhubung langsung ke satelitnya, menghilangkan kebutuhan akan perangkat eksternal. Ini berarti, suatu hari nanti, pengguna hanya perlu membuka ponsel untuk mengakses internet via satelit Starlink bahkan di tengah hutan atau laut lepas!
Bagaimana mungkin smartphone biasa bisa terhubung ke satelit yang berada di orbit rendah Bumi (550–1.200 km)? Jawabannya terletak pada teknologi Direct-to-Cell yang dikembangkan Starlink. Teknologi ini memungkinkan satelit berkomunikasi langsung dengan chip khusus di smartphone menggunakan frekuensi radio yang dioptimalkan untuk komunikasi satelit.
SpaceX juga berkolaborasi dengan produsen chipset ternama seperti Qualcomm dan Apple untuk mengintegrasikan modem satelit ke dalam smartphone generasi terbaru. Beberapa ponsel flagship, seperti iPhone 14 dan Google Pixel 7, sudah dilengkapi fitur ini. Selain itu, Starlink terus meningkatkan jaringan satelitnya dengan antena phased-array canggih yang mampu menjangkau perangkat mobile secara efisien.
Kehadiran Starlink yang terhubung langsung ke smartphone membawa sejumlah keunggulan revolusioner. Pertama, cakupan jaringannya yang luas menghilangkan “blank spot” di daerah terpencil, mulai dari pegunungan hingga laut lepas.
Kedua, kecepatan internet yang tinggi dengan latensi di bawah 50 ms membuat aktivitas seperti streaming, game online, atau video call menjadi lancar. Ketiga, teknologi ini bisa menjadi penyelamat dalam situasi darurat, seperti bencana alam, ketika jaringan seluler tradisional tidak berfungsi.
Tidak hanya itu, Starlink juga membuka peluang besar untuk pengembangan Internet of Things (IoT), kendaraan otonom, dan drone yang membutuhkan koneksi stabil di lokasi terisolasi.
Meski menjanjikan, teknologi ini masih menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah konsumsi daya baterai smartphone yang lebih boros karena komunikasi langsung dengan satelit membutuhkan energi besar.
Dari segi biaya, layanan Starlink masih relatif mahal, dengan harga berlangganan sekitar $120 per bulan di Amerika Serikat. Regulasi dan lisensi frekuensi juga menjadi tantangan, karena setiap negara memiliki kebijakan berbeda.
Sedangkan dari segi jangkauan, Starlink jelas unggul karena mampu menjangkau wilayah terpencil yang tidak terjangkau 5G atau fiber optic. Namun, fiber optic masih memimpin dalam hal kecepatan, dengan kemampuan mencapai 1 Gbps dibandingkan Starlink yang maksimal 200 Mbps.
Sementara itu, jaringan 5G lebih cocok untuk perkotaan dengan kepadatan pengguna tinggi. Dari sisi harga, biaya instalasi fiber atau 5G lebih terjangkau di daerah urban, tetapi Starlink tetap menjadi solusi terbaik untuk lokasi terisolasi tanpa infrastruktur memadai.
Salah satu perusahaan telekomunikasi yang menawarkan program internet gratis dari Starlink ke smartphone adalah T-Mobile. Para pelanggan mendapatkan email terkait promo program beta Starlink yang terdiri dari berbagai macam akses kemudahan.