Pembuat chip global, Intel, tengah menghadapi tantangan serius yang memaksa perusahaan untuk melakukan restrukturisasi besar-besaran. Dalam upaya mengatasi penurunan kinerja dan menghadapi pergeseran industri ke arah kecerdasan buatan, Intel baru-baru ini mengonfirmasi rencana pemotongan tenaga kerja yang diperkirakan mencapai sekitar 20 persen dari total karyawan, yang mencapai 108.900 pada akhir tahun lalu.
Keputusan ini merupakan bagian dari strategi untuk memangkas birokrasi yang tidak perlu dan memperkuat lapisan manajemen yang efektif, sehingga perusahaan dapat lebih responsif serta berinovasi di era teknologi yang semakin dinamis.
Dilansir dari Engadget, Senin (28/4/2025), CEO baru Intel, Lip-Bu Tan, melalui sebuah memo internal menegaskan filosofi bahwa pemimpin terbaik harus mampu menyelesaikan pekerjaan sebanyak mungkin dengan tim yang ramping.
Tan menjelaskan bahwa restrukturisasi ini bertujuan untuk memberdayakan talenta terbaik di perusahaan, memberikan mereka wewenang untuk mengambil keputusan strategis dan mengelola prioritas utama.
“Kami harus membuat beberapa keputusan yang sangat sulit untuk menempatkan Intel pada posisi yang kokoh untuk masa depan,” tulis Tan.
Transformasi ini direncanakan akan dimulai pada kuartal kedua dan dilaksanakan secara bertahap selama beberapa bulan ke depan.
Reformasi yang tengah dilakukan saat ini tidak muncul begitu saja. Intel telah melakukan beberapa upaya perampingan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pengumuman pada bulan Agustus lalu yang menyatakan rencana untuk memangkas lebih dari 15.000 pekerjaan guna mengurangi biaya operasional.
Penurunan penjualan dan lambatnya respons perusahaan terhadap pergeseran industri, terutama dalam menghadapi tren kecerdasan buatan, mendorong Intel untuk mengambil langkah berani ini. Dengan restrukturisasi tersebut, Intel berharap dapat menata ulang portofolio produk dan strategi bisnisnya, sehingga siap bersaing dalam pasar global yang terus berubah.
Khususnya, kecerdasan buatan (AI) menjadi fokus utama dalam kebijakan baru tersebut. Lip-Bu Tan menekankan bahwa langkah strategis ini harus memastikan bahwa tim Intel mampu mengembangkan produk yang sangat kompetitif dan memenuhi kebutuhan pelanggan di era baru komputasi, yang kini didorong oleh agen AI dan model penalaran canggih.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan akan melakukan penyesuaian pada peta jalan produk, mengoptimalkan solusi untuk beban kerja AI yang sedang berkembang, serta memastikan bahwa produk yang dihasilkan adalah yang terbaik di kelasnya. Perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi serta mempercepat pengiriman produk-produk inovatif tepat waktu.
Di samping perbaikan dalam portofolio produk, restrukturisasi ini juga mencakup perubahan signifikan dalam budaya kerja di Intel. Lip-Bu Tan berupaya mengubah perusahaan menjadi organisasi yang lebih berfokus pada rekayasa dan inovasi dengan menghilangkan proses dan alur kerja yang memberatkan.
Di antara langkah-langkah strategis tersebut, Intel berencana untuk mengurangi beban biaya operasional sebesar $1,5 miliar dalam dua tahun mendatang melalui efisiensi proses dan penguatan tim teknis.
Perusahaan juga mengumumkan perluasan mandat kehadiran di kantor, yang mengharuskan karyawan untuk bekerja di kantor selama empat hari seminggu (naik dari tiga hari) mulai bulan September. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi, mempercepat inovasi, dan mendukung penerapan teknologi baru di lingkungan kerja.
Restrukturisasi besar-besaran yang dijalankan ini merupakan upaya Intel untuk membalikkan keadaan dan kembali menjadi pemimpin inovasi di industri chip global. Lip-Bu Tan menyatakan optimisme tinggi bahwa dengan mengurangi birokrasi dan meningkatkan produktivitas melalui pemberdayaan insinyur terbaik, Intel dapat menciptakan kembali teknologi baru dan menerapkannya secara luas untuk mengubah dunia.
“Intel pernah dianggap sebagai perusahaan paling inovatif di dunia. Tidak ada alasan kita tidak bisa kembali ke sana, selama kita mendorong perubahan yang diperlukan untuk menjadi lebih baik,” ujarnya dalam memo tersebut.
Langkah reformasi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Intel untuk beradaptasi dengan dinamika pasar yang sangat kompetitif dan mengintegrasikan inovasi AI yang semakin mendominasi berbagai sektor industri.
Dengan fokus pada efisiensi operasional, pengurangan biaya, dan peningkatan kolaborasi antar tim, Intel berupaya memposisikan ulang dirinya sebagai pionir teknologi yang responsif terhadap kebutuhan pasar global.
Transformasi yang sedang berlangsung ini tidak hanya penting bagi pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan, tetapi juga menjadi sorotan bagi seluruh industri teknologi yang terus mendorong batas inovasi untuk menciptakan masa depan yang lebih cemerlang.