Nvidia mengumumkan pada hari Selasa bahwa perusahaan akan mengajukan tuntutan senilai $5,5 miliar setelah pemerintah AS memberlakukan pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan H20 ke China, pasar utama untuk salah satu chip AI-nya yang paling populer.
Pembatasan ini merupakan bagian dari upaya pejabat AS mencegah penjualan chip canggih kepada China agar Amerika Serikat tetap unggul dalam persaingan kecerdasan buatan.
Dilansir dari Reuters, Rabu (23/4/2025), chip AI Nvidia menjadi fokus utama kontrol ekspor karena pemerintah AS berusaha menghambat akses China terhadap teknologi terdepan.
Setelah pembatasan diberlakukan, Nvidia mulai merancang chip yang mendekati batasan yang diizinkan oleh AS. Dampaknya terasa pada pergerakan pasar, dengan saham Nvidia turun sekitar 6% dalam perdagangan setelah jam kerja.
H20 merupakan chip tercanggih Nvidia yang diperjualbelikan di pasar Tiongkok dan memainkan peran penting dalam strategi perusahaan untuk tetap terlibat di tengah perkembangan pesat industri AI China.
Perusahaan-perusahaan besar China seperti Tencent, Alibaba, dan ByteDance telah meningkatkan pesanan untuk chip H20 karena permintaan yang tinggi terhadap model kecerdasan buatan berbiaya rendah, terutama dari startup DeepSeek yang tengah berkembang.
Meskipun chip H20 memiliki kecepatan pelatihan yang lebih rendah dibandingkan dengan produk Nvidia di luar China, chip ini mampu bersaing pada tahap inferensi, di mana model AI memberikan respons kepada pengguna.
Inferensi kini menjadi segmen terbesar dalam pasar chip AI, dan CEO Nvidia, Jensen Huang, menilai bahwa perusahaan berada pada posisi yang tepat untuk mendominasi pergeseran pasar tersebut.
Pemerintah AS memberlakukan pembatasan penjualan H20 ke China karena khawatir chip tersebut dapat dimanfaatkan untuk membangun superkomputer. Walaupun kemampuan komputasi H20 lebih rendah dibandingkan chip lain dari Nvidia, kemampuannya dalam menghubungkan chip memori dan chip komputasi dengan kecepatan tinggi tetap signifikan.
Aspek memori dan konektivitas inilah yang dapat menjadikan H20 sebagai komponen penting dalam pembangunan superkomputer, sehingga AS telah menerapkan pembatasan serupa sejak tahun 2022.
Institute for Progress, sebuah lembaga pemikir non partisan di Washington, DC, menilai bahwa beberapa perusahaan China kemungkinan sudah membangun sistem yang melanggar batasan ekspor, dengan salah satu pembeli, Tencent, diduga telah menggunakan H20 untuk melatih model besar.
Menanggapi pernyataan tersebut, juru bicara Tencent pada hari Kamis membantah klaim Institute for Progress dengan tegas, menyatakan bahwa perusahaan tidak melanggar hukum atau membangun superkomputer.
Meskipun demikian, Tim Fist, penulis laporan lembaga tersebut, menyatakan bahwa kesimpulan mereka didasarkan pada praktik industri AI yang melibatkan pemasangan server Nvidia secara luas. Fist menambahkan, meskipun Tencent kemungkinan mematuhi peraturan AS, penggunaan chip tersebut akan disertai batasan kinerja dan biaya pemasangan tambahan.
Nvidia mengungkapkan bahwa mereka telah menerima pemberitahuan dari pemerintah AS pada tanggal 9 April bahwa chip H20 akan memerlukan lisensi ekspor ke China, dan pada tanggal 14 April diinformasikan bahwa aturan tersebut akan berlaku tanpa batas waktu.
Hingga saat ini, belum diketahui berapa lisensi yang akan diberikan oleh pemerintah AS. Perusahaan menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut, sementara Departemen Perdagangan AS yang mengawasi kontrol ekspor belum merespons permintaan komentar.
Biaya sebesar $5,5 miliar dikaitkan dengan produk H20 untuk mengelola inventaris, komitmen pembelian, dan cadangan terkait. Berita ini muncul setelah Nvidia mengumumkan rencana pembangunan server AI senilai $500 miliar di AS selama empat tahun ke depan dengan dukungan dari mitra seperti TSMC.
Langkah ini sejalan dengan dorongan dari pemerintahan Trump yang mendorong manufaktur lokal dan menunjukkan keseriusan Nvidia dalam mempertahankan dominasinya di pasar global teknologi canggih.