Industri teknologi saat ini terus berpacu menghadirkan inovasi di berbagai lini, dan salah satu area yang tengah mendapat perhatian khusus adalah teknologi baterai.
Setelah bertahun-tahun bergantung pada baterai lithium-ion konvensional, kini muncul teknologi baru bernama silicon-carbon (SiC) battery yang diyakini mampu menjadi solusi masa depan untuk berbagai perangkat elektronik, mulai dari smartphone, perangkat wearable, hingga kendaraan listrik.
Apa Itu Silicon-Carbon Battery?
Secara sederhana, silicon-carbon battery merupakan jenis baterai lithium-ion yang menggunakan anoda berbahan silicon-carbon, menggantikan anoda grafit yang selama ini dipakai pada baterai konvensional.
Inovasi ini memungkinkan baterai menyimpan energi jauh lebih besar dibanding baterai lithium-ion standar, meskipun dalam ukuran fisik yang sama.
Sebagai gambaran, silicon memiliki kapasitas penyimpanan daya hingga 4200 mAh per gram, jauh lebih tinggi dibanding grafit yang hanya 372 mAh per gram.
Kendala yang selama ini dihadapi adalah sifat silicon yang bisa mengembang hingga 300% saat proses pengisian daya, menyebabkan kerusakan seiring waktu.
Namun kini, teknologi hybrid silicon-carbon berhasil menyiasati masalah tersebut dengan mengombinasikan kapasitas besar silicon dan stabilitas carbon.
Membandingkan Performa di Dunia Nyata
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi smartphone, OPPO kembali akan menghadirkan gebrakan baru dengan peluncuran OPPO Find N5. ,
Ponsel ini memadukan desain tipis dengan baterai berkapasitas jumbo, menjadikannya pilihan ideal bagi para profesional aktif dan pengguna yang membutuhkan perangkat lipat tahan lama.
Penggunaan Silicon-Carbon Battery, memungkinkan perangkat ini menampung baterai dengan kapasitas 5600mAh, terbesar di seri Find N.
Dengan baterai 5600mAh yang tipis setipis kartu ATM, OPPO Find N5 berhasil memberikan performa maksimal tanpa mengorbankan desain kompak.
Baca juga: OPPO Find N5 Bawa Baterai Tipis Jumbo dan Tahan Lama, Kok Bisa?
Tak hanya itu, merek lain seperti Redmagic, sub-brand dari ZTE, juga meluncurkan ponsel gaming Redmagic 10 Pro dengan baterai 7050 mAh. Sebagai perbandingan, iPhone 16 Pro Max yang memiliki dimensi dan bobot serupa masih mengandalkan baterai lithium-ion 4685 mAh.
Di kelas ponsel berukuran lebih kecil pun, perbandingan ini mulai terlihat. Google Pixel 9 Pro yang hadir dengan layar 6,3 inci menggunakan baterai 4700 mAh, sementara Vivo X200 Pro Mini dengan ukuran hampir sama justru memiliki baterai 5700 mAh, dan bobotnya lebih ringan 12 gram dibanding Pixel 9 Pro.
Potensi di Berbagai Industri
Keunggulan silicon-carbon battery tak hanya menguntungkan bagi industri smartphone. Teknologi ini diproyeksikan bakal merambah ke berbagai sektor lain, mulai dari earbuds, smartwatch, perangkat wearable, laptop ultra-tipis, hingga kacamata pintar AR/MR yang membutuhkan baterai berkapasitas besar dengan ukuran kecil.
Di sektor otomotif, adopsi baterai silicon-carbon juga dinilai menjanjikan. Saat ini, mayoritas kendaraan listrik masih bergantung pada lithium-ion dengan jarak tempuh 150–300 mil dalam sekali pengisian.
Jika teknologi ini diterapkan, diperkirakan jarak tempuh kendaraan listrik bisa meningkat signifikan tanpa perlu memperbesar ukuran baterai.
Beberapa produsen besar seperti Samsung dan Apple juga dikabarkan akan mengadopsi teknologi ini untuk lini flagship terbaru mereka.
Rumor menyebutkan, seri Samsung Galaxy S25 Edge dan iPhone 17 Air akan menggunakan baterai silicon-carbon yang memungkinkan ponsel lebih tipis tanpa mengorbankan kapasitas daya.
Lebih Ramah Lingkungan dan Efisien Produksi
Selain unggul dalam kapasitas dan efisiensi ruang, silicon-carbon battery juga menawarkan manfaat dari sisi keberlanjutan. Silicon sebagai material utama jauh lebih melimpah di alam dibandingkan lithium atau material rare earth lain.
Baca juga: OnePlus 13T Resmi Umumkan Spesifikasi Kamera, Ini Hasil Fotonya!
Artinya, selain lebih ramah lingkungan, biaya produksi massal di masa depan bisa lebih terjangkau.
Beberapa analis industri bahkan memperkirakan bahwa setelah melewati fase produksi awal yang masih mahal, teknologi ini akan lebih ekonomis dan mengurangi jejak karbon dibandingkan lithium-ion.
Ini sejalan dengan komitmen banyak perusahaan teknologi besar yang tengah berlomba menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan.
Dengan sederet keunggulan yang ditawarkan, tak heran jika banyak pihak menyebut silicon-carbon sebagai masa depan teknologi baterai.
Selain mampu membuat smartphone lebih tipis dengan baterai besar, inovasi ini berpotensi merevolusi berbagai industri berbasis perangkat portabel dan kendaraan listrik.