Robot humanoid masih harus menempuh perjalanan panjang sebelum mampu menyaingi kecepatan pelari manusia dalam lomba setengah maraton. Pusat teknologi E-Town Beijing baru saja menggelar event setengah maraton humanoid pertama di dunia, di mana 21 robot humanoid bersaing dengan ribuan pelari manusia di trek yang menantang.
Kompetisi ini menonjolkan kemampuan teknologi dan inovasi robotik dalam menghadapi kondisi nyata, sekaligus menunjukkan bahwa meski sudah ada kemajuan signifikan, robot masih belum sepenuhnya dapat mengimbangi performa atlet manusia.
Dalam kompetisi tersebut, dikutip dari Techcrunch, Senin (21/4/2025) bahwa robot pemenang, Tiangong Ultra, yang dikembangkan oleh lembaga penelitian yang didukung pemerintah X-Humanoid, berhasil menyelesaikan lomba dalam waktu dua jam empat puluh menit. Waktu tersebut jauh berada di bawah standar kecepatan pelari manusia.
Sebagai perbandingan, pelari pria pemenang menyelesaikan lomba dalam waktu satu jam dua menit, memberikan gambaran nyata mengenai tantangan yang harus dihadapi oleh teknologi robotik saat ini. Keunggulan pelari manusia ini menyoroti batasan inovasi terkini dalam hal kecepatan, daya tahan, dan respons adaptif robot selama kompetisi.
Salah satu aspek menarik dalam lomba ini adalah bahwa Tiangong Ultra membutuhkan bantuan manusia untuk mendukung pergerakannya. Robot tersebut mengandalkan pelari manusia yang berlari di depan dengan alat pemberi sinyal, sehingga memungkinkan robot meniru gerakannya dengan lebih optimal.
Sebagian besar robot lainnya juga dikendalikan secara remote dengan operator manusia yang berjalan berdampingan, menandakan sinergi antara kendali manusia dan teknologi canggih dalam dunia robotika.
Di sisi lain, sebagian besar robot memerlukan waktu minimal tiga jam untuk menyelesaikan lomba, dan hanya empat robot yang mampu mencapai garis finish sebelum batas waktu empat jam.
Insiden yang terjadi selama lomba, seperti robot Shennong yang menabrak pagar setelah menghalangi pelari pendukung dan robot Little Giant yang berhenti karena asap muncul dari kepalanya, semakin menegaskan tantangan dalam pengembangan robot humanoid untuk kompetisi lari.
Acara Robot Humanoid Half Marathon di E-Town Beijing menampilkan beragam robot yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terkemuka asal Tiongkok serta kelompok mahasiswa.
Kompetisi ini tidak hanya menjadi ajang pengujian teknologi robotik, tetapi juga memberikan pelajaran berharga mengenai pentingnya algoritma kendali dan sistem mekanis yang handal.
Salah satu contoh menarik adalah robot G1 milik Unitree yang mengalami kegagalan di garis start, meskipun klien menggunakan robot tersebut tanpa algoritma yang dirancang khusus. Kejadian-kejadian seperti ini menjadi motivasi bagi para peneliti dan praktisi di bidang robotika untuk terus memperbaiki sistem dan meningkatkan performa kompetisi.
Dalam rangka berkompetisi, setiap robot harus memiliki penampilan yang menyerupai manusia serta kemampuan berlari dengan dua kaki. Robot-robot tersebut ditempatkan di jalur tersendiri yang dipagari secara terpisah dari pelari manusia dengan waktu start yang berbeda, guna menghindari risiko tabrakan.
Kebijakan penggantian baterai juga diberlakukan dalam lomba ini, di mana Tiangong Ultra, misalnya, diizinkan mengganti baterai hingga tiga kali, meskipun pergantian tersebut dikenai penalti waktu.
Ketentuan ini menguji sejauh mana daya tahan dan adaptasi teknologi robot dalam menghadapi tantangan lari di lingkungan yang dinamis dan tidak menentu.
Kepala Teknologi X-Humanoid, Tang Jiang, menyampaikan optimisme atas capaian timnya dengan mengatakan kepada Reuters.
“Saya tidak ingin menyombongkan diri, tetapi saya rasa tidak ada perusahaan robotika lain di Barat yang mampu menyamai prestasi olahraga Tiangong,” ujarnya.
Seluruh rangkaian event setengah maraton humanoid di E-Town Beijing memberikan gambaran jelas mengenai potensi dan tantangan dalam dunia teknologi robotik.
Meskipun saat ini robot belum mampu menyamai performa pelari manusia, lomba ini berhasil menunjukkan arah pengembangan algoritma, kendali, dan desain robot yang semakin futuristik.
Kompetisi ini tidak hanya menginspirasi para peneliti untuk terus berinovasi, tetapi juga memberikan harapan bahwa di masa depan, robot dan manusia mungkin akan berkompetisi dengan kecepatan dan efisiensi yang lebih seimbang.
The humanoid robot half-marathon in Beijing just started! pic.twitter.com/8vr2nXQwuR— The Humanoid Hub (@TheHumanoidHub) April 19, 2025