Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh situasi tarif Amerika Serikat, berbagai potensi risiko keamanan siber kian mengintai.
Seiring lonjakan harga barang, gejolak pasar, hingga ketidakstabilan rantai pasok, para pelaku kejahatan siber memanfaatkan situasi ini untuk melancarkan berbagai modus penipuan daring yang semakin canggih.
Menurut Roman Dedenok, pakar keamanan dari Kaspersky Threat Research, periode ketidakpastian ekonomi memang kerap menjadi lahan subur bagi aksi-aksi penipuan digital.
Mereka memanfaatkan kecemasan konsumen serta celah keamanan yang terbuka saat situasi pasar sedang kacau. Lantas, apa saja ancaman yang perlu diwaspadai dan bagaimana cara melindungi diri?
Baca juga: Asia Tenggara Hadapi 400 Serangan Ransomware Setiap Hari Sepanjang 2024
Modus Penipuan Belanja Online Meningkat
Saat isu kenaikan tarif membuat harga barang berpotensi melambung, banyak konsumen yang buru-buru mencari promo sebelum harga naik.
Inilah yang sering dimanfaatkan pelaku kejahatan dengan menyebarkan situs belanja palsu hingga email phishing bertajuk diskon besar-besaran atau flash sale pre-tarif.
Konsumen yang tergesa tanpa cek ulang keaslian situs atau penjual bisa dengan mudah jadi korban.
Data pribadi, informasi kartu kredit, hingga password perbankan rentan dicuri lalu disalahgunakan. Selain kerugian finansial, pencurian identitas pun kerap terjadi akibat aksi ini.
Bahaya Produk Palsu dan Perangkat Berisiko Malware
Dampak lainnya dari ketidakstabilan ekonomi akibat kebijakan tarif adalah terganggunya rantai pasokan.
Banyak bisnis dan konsumen terpaksa mencari supplier alternatif dengan proses verifikasi yang minim. Celah ini dimanfaatkan pelaku siber untuk menyusupkan perangkat palsu ke pasar.
Salah satu kasus yang terungkap baru-baru ini adalah penemuan malware Trojan Triada yang terpasang langsung di firmware smartphone Android palsu.
Malware ini memungkinkan peretas mengambil alih kendali perangkat, mencuri aset kripto, membajak akun media sosial, hingga menyadap panggilan.
Bayangkan, tanpa disadari, perangkat yang dibeli dari retailer tidak resmi justru menjadi alat spionase dan pencurian data yang berbahaya.
Maraknya Penipuan Investasi Saat Pasar Bergejolak
Kondisi ekonomi yang tidak stabil juga membuka peluang bagi modus penipuan investasi. Pelaku biasanya menyamar sebagai institusi keuangan legal, menawarkan investasi dengan iming-iming keuntungan tinggi dijamin yang diklaim berdasarkan bocoran informasi orang dalam.
Baca juga: Hati-Hati! Trojan Triada Bersembunyi di Sistem Ponsel Android
Modus lainnya adalah kampanye phishing yang menyasar investor individu lewat email, SMS, atau media sosial.
Bahkan, informasi palsu soal kebijakan tarif pernah menyebabkan lonjakan nilai pasar senilai triliunan dolar dalam waktu singkat sebelum akhirnya terbantahkan.
Skema seperti ini kerap dimanfaatkan dalam modus pump-and-dump, yaitu penggelembungan nilai investasi palsu sebelum ditinggalkan begitu saja oleh pelaku, membuat investor kecil rugi besar.
Cara Melindungi Diri di Tengah Risiko Siber
Agar tetap aman menghadapi situasi seperti ini, ada beberapa langkah penting yang perlu diterapkan:
- Selalu memverifikasi keaslian situs dan penjual online sebelum belanja. Pastikan situs memiliki sertifikat SSL (HTTPS) dan cek reputasi penjual di berbagai platform.
- Gunakan metode pembayaran digital yang menawarkan perlindungan terhadap penipuan.
- Jangan tergiur promo atau diskon yang terlalu fantastis. Ingat, kalau terlalu bagus untuk jadi kenyataan, bisa jadi itu penipuan.
- Bagi investor, pastikan melakukan riset menyeluruh, hanya percaya pada informasi dari sumber yang kredibel, dan jangan mudah percaya dengan penawaran investasi berisiko tinggi tanpa dasar.
Selain itu, sangat disarankan menggunakan solusi keamanan siber terpercaya seperti Kaspersky Premium.
Aplikasi ini mampu mendeteksi situs phishing, memblokir unduhan berbahaya, dan memberikan perlindungan real-time saat belanja daring maupun transaksi finansial.
Dengan pemahaman ancaman yang tepat dan penggunaan alat perlindungan yang andal, masyarakat bisa lebih percaya diri menghadapi volatilitas ekonomi tanpa khawatir jadi korban kejahatan siber.