Wayne Rooney mengungkapkan bahwa Louis van Gaal membuat komentar canggung tentang “sperma”-nya saat pertama kali bertemu istrinya, Coleen.
Van Gaal, yang memimpin Manchester United selama dua tahun, adalah pengagum berat Rooney dan bahkan memberinya ban kapten saat ia tiba di Old Trafford. Selama masa baktinya di “Theatre of Dreams”, ia meninggalkan banyak momen berkesan, tidak hanya di lapangan tetapi juga melalui pernyataannya yang jujur dan jenaka dalam percakapan.
Di The Wayne Rooney Show, mantan penyerang Inggris itu mengenang pertemuan pertama Van Gaal dengan Coleen saat makan siang bersama para pemain, istri, pacar, dan staf pelatih. Saat itu, Van Gaal mendekati Coleen, berkomentar bahwa anak-anaknya sangat mirip ayah mereka, dan bercanda bahwa Rooney memiliki “sperma yang sangat kuat”. Inilah kesan pertama Coleen terhadap pelatih asal Belanda itu.
Rooney mengatakan banyak orang mungkin tersinggung dengan pernyataan ini, tetapi ia justru menganggapnya lucu. Mantan bintang Manchester United itu juga menekankan bahwa Van Gaal adalah orang yang humoris, berkepribadian baik, dan ia telah belajar lebih banyak darinya dibandingkan pelatih lain mana pun dalam kariernya.
Namun, pada Mei 2016, CEO Ed Woodward memecat Van Gaal, meskipun United finis di posisi kelima Liga Primer dan memenangkan Piala FA. Rooney ingat bahwa istri Van Gaal bahkan mengetahui berita tersebut di babak pertama final.
Setelah menjuarai Piala FA 2016, tim merayakan kemenangan, tetapi Van Gaal berdiri diam bersama istri dan teman-temannya, tidak seperti biasanya yang bersemangat. Rooney kemudian datang untuk menasihatinya agar melupakan segalanya dan menikmati momen itu, tetapi Van Gaal tidak bisa.
Kolaborasi Wayne Rooney dan Louis van Gaal di Manchester United: Dinamika dan Prestasi
Wayne Rooney, ikon Manchester United, dan Louis van Gaal, pelatih asal Belanda dengan reputasi taktikal yang kuat, membentuk kolaborasi menarik selama periode 2014-2016 di Old Trafford. Keduanya bekerja sama di tengah fase transisi klub pasca-era Sir Alex Ferguson, di mana United berjuang untuk kembali ke puncak kejayaan. Kolaborasi ini mencerminkan perpaduan antara talenta individu Rooney yang luar biasa dan pendekatan disiplin Van Gaal, meski tidak selalu berjalan mulus.
Ketika Van Gaal tiba pada musim panas 2014, Rooney diangkat sebagai kapten tim. Keputusan ini menunjukkan kepercayaan Van Gaal pada pengalaman dan pengaruh Rooney di ruang ganti. Rooney, yang saat itu sudah menjadi top skor sepanjang masa United (sebelum melampaui rekor Sir Bobby Charlton pada 2017), diharapkan menjadi pusat permainan. Van Gaal menerapkan formasi 3-5-2 pada awal musim, yang menempatkan Rooney sebagai penyerang utama atau gelandang serang. Meski Rooney kerap tampil gemilang, seperti saat mencetak gol spektakuler melawan West Ham pada 2014, adaptasi terhadap filosofi Van Gaal yang kaku terkadang menjadi tantangan. Pendekatan Van Gaal yang menekankan penguasaan bola dan struktur taktis kontras dengan gaya Rooney yang lebih instingtif dan agresif.
Prestasi terbesar mereka datang pada musim 2015-2016, ketika Manchester United memenangkan Piala FA, trofi besar pertama klub sejak kepergian Ferguson. Rooney memainkan peran kunci, termasuk mencetak gol penting selama perjalanan turnamen tersebut. Di bawah Van Gaal, United juga finis di posisi keempat (2014-2015) dan kelima (2015-2016) di Liga Inggris, hasil yang menunjukkan konsistensi meski belum memenuhi ekspektasi tinggi fans. Rooney sendiri mencetak 34 gol dan 18 assist dalam 76 penampilan di semua kompetisi selama era Van Gaal, menegaskan statusnya sebagai pemimpin.
Namun, kolaborasi ini tidak luput dari kritik. Gaya permainan United dianggap monoton, dan Rooney, yang mulai menua, kadang kesulitan menyesuaikan diri dengan peran yang lebih dalam di lapangan tengah. Meski begitu, hubungan profesional keduanya tetap kuat, dengan Rooney menghormati pendekatan Van Gaal meski tidak selalu setuju.
Secara keseluruhan, kolaborasi Rooney dan Van Gaal menghasilkan satu trofi dan momen-momen bersejarah, tetapi juga mencerminkan tantangan United dalam menemukan identitas baru. Piala FA 2016 menjadi puncak kerja sama mereka, meninggalkan warisan yang bittersweet di Old Trafford.