Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ ke dunia ini bukan sekadar catatan sejarah melainkan peristiwa agung yang membawa cahaya kehidupan bagi umat manusia. Tidak hanya itu, kelahirannya pun menjadi anugerah dan rahmat bagi alam semesta. Allah berfirman dalam Surat Al-Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Kelahiran dan perjalanan hidup Nabi Muhammad banyak dibahas di sejumlah kitab sirah, di antaranya adalah kitab Madarijus Su’ud karya Syekh Nawawi Al-Bantani. Dalam kitab syarah Al-Barzanji ini digambarkan perayaan dan sambutan hangat dan suka cita alam semesta atas kelahiran Nabi Muhammad:
ولم ولد ﷺ اهتز العرش طر با وزها الكرسى عجبا ومنعت الجن من السماء وقالوا قد لقينا في طريقنا نصيبا وضجت الملائكة بالتسبيح رغباورها ونشرت الرياح وأبدت سحبا و أمالت في الحدائق من الغصون قضبا و نادت الكائنات من جميع الجهات أهلا وسهلا ومر حبا
Artinya: “Ketika Nabi Muhammad ﷺ dilahirkan, Arasy berguncang penuh kegembiraan, Kursi menampakkan ketakjuban, jin-jin dihalangi dari langit. Mereka berkata: ‘Kami benar-benar mengalami perjalanan yang melelahkan.’ Para malaikat pun bergemuruh dengan tasbih penuh rindu, angin pun bertiup membawa kabar gembira, awan-awan menampakkan diri, pepohonan di taman-taman menundukkan dahan-dahannya, dan seluruh makhluk dari berbagai penjuru berseru: ‘Selamat datang dan selamat atas kehadiranmu!” (Syekh Nawawi Al-Bantani, Madarijus Su’ud ila Iktisa’il Burud (Semarang, Karya Toha Putra: t.t) halaman 13).
Sebenarnya, peristiwa menakjubkan ini sudah terjadi sejak beberapa bulan sebelumnya sebagai isyarat awal. Kabar akan lahirnya sosok agung yang dirindukan sudah tersebar ke seluruh penjuru alam yang kemudian disambut dengan ekspresi kegembiraan. Angin menghembuskan sepoi-sepoi yang membawa manfaat dan kenyamanan pada tubuh. Bumi yang gersang mendatangkan kesuburan karena hujan akhirnya turun setelah sekian lama menahan diri. Buah-buahan pun matang dengan sempurna dan seolah mendekati orang yang akan memetiknya.
Binatang-binatang yang ada di darat, air, maupun udara saling bersahutan dan mengabarkan bahwa sang pembawa rahmat sedang berada dalam kandungan ibundanya. Mereka seolah berkata: “Nabi Muhammad sedang berada dalam kandungan. Demi Tuhan Pemilik Ka’bah, dia adalah pemimpin dunia dan akhirat serta pelita bagi penghuninya”. Pada tahun istimewa ini disebut dengan sanatul fath wal ibtihaj (tahun kemenangan dan kegembiraan).
Pada saat yang sama, semesta pun seolah murka ketika menyaksikan anomali kehidupan manusia. Patung-patung yang biasa disembah orang-orang musyrik menjadi jatuh tersungkur, para raja pun membisu merasakan ada keanehan yang luar biasa namun misterius.
Hingga akhirnya, di malam kelahiran Nabi Muhammad menggegerkan penduduk bumi dan langit karena terjadi ‘sterilisasi’ melebihi pengamanan seorang pemimpin yang akan hadir di suatu negeri. Pintu penjagaan langit semakin diperketat, bintang-bintang berkilauan menjadi tameng yang menghadang sekaligus menghancurkan jin dan setan yang biasa mencuri informasi langit. Cahayanya menghujani Kota Makkah seolah menunduk hormat kepada Sang Nabi.
Pada malam tersebut, pancaran cahayanya itu bahkan sampai ke daerah lain hingga menyinari istana-istana Syam, wilayah yang dikenal dengan negeri para nabi. Tidak hanya itu, istana Kisra di Madain bergetar hingga retak, api yang biasa disembah kaum Majusi menjadi padam, sungai dan lembah yang terletak di antara Hamadzan dan Qum menjadi surut. Sebaliknya, lembah Samawah yang biasanya tandus, justru meluapkan air sebagai tanda kesuburan.
Demikian gambaran singkat perihal perayaan dan sambutan hangat penuh suka cita alam semesta atas kelahiran sang pembawa rahmat. Fenomena kosmik yang agung ini bisa menjadi pengingat bahwa kehadiran Nabi Muhammad ﷺ merupakan anugerah terbesar yang patut disyukuri dan dicintai, dengan cara meneladani akhlaknya dan mengikuti ajarannya dengan istiqamah. Wallahu a’lam.