Direktur Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Bappenas, Endang Sulastri apresiasi potensi riset UIN AR-RANIRY, Rabu (23/7/2025).
Banda Aceh (Ar-Raniry) — Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengapresiasi potensi riset yang dimiliki Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, khususnya di bidang sosial-humaniora. Hal ini disampaikan Direktur Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Bappenas, Endang Sulastri, dalam Studium General di Banda Aceh, Rabu (23/7/2025).
“UIN Ar-Raniry memiliki kekuatan riset yang menjanjikan, terutama dalam bidang studi karakter, pendidikan, komunikasi, hingga keuangan Islam,” ungkap Endang.
Menurutnya, di tengah tantangan transformasi pendidikan tinggi, riset di perguruan tinggi Islam harus menjadi lokomotif perubahan sosial. “Potensi ini perlu diperkuat melalui strategi branding riset yang terarah agar mendapat pengakuan di tingkat global,” ujarnya.
Endang juga mengingatkan pentingnya orientasi riset yang relevan dengan kebutuhan masa depan. Ia menyebut sektor-sektor strategis seperti industri halal, pertanian cerdas, dan pariwisata sebagai bidang yang harus ditopang oleh ekosistem riset yang kuat di kampus.
Sementara itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alhumami, turut menyoroti tantangan rendahnya investasi riset di negara-negara mayoritas Muslim. “Rata-rata investasi riset hanya 0,42 persen dari PDB. Jauh di bawah Amerika Serikat yang mencapai 3,46 persen, apalagi Israel 5,56 persen,” jelasnya.
Dari sisi jumlah peneliti, negara-negara Islam juga masih tertinggal. “Hanya sekitar 556 peneliti per satu juta penduduk. Bandingkan dengan Korea Selatan yang mencapai lebih dari 9.000 peneliti,” tambah Amich.
Ia menilai Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat riset dunia, terutama karena kekayaan biodiversitas dan keragaman sosialnya. “Tapi itu hanya akan terwujud bila ada komitmen investasi serius di sektor riset,” ujarnya.
Saat ini, Indonesia baru memiliki 1.600 peneliti per satu juta penduduk. “Kita masih tertinggal dari Singapura yang punya 4.000, dan Korea Selatan yang sudah melampaui 8.000,” jelas Amich.
Ia menegaskan, perguruan tinggi Islam seperti UIN Ar-Raniry harus menjadi garda depan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tetap berakar pada nilai-nilai keislaman. “Modern, kompetitif, dan bernilai,” pungkasnya. [Arkin]