Grok, chatbot berbasis AI milik Elon Musk, kembali menjadi pusat perhatian publik setelah peluncuran fitur baru yang menghadirkan karakter pendamping bergaya anime.
Langkah ini diungkap langsung oleh Musk melalui platform X (sebelumnya Twitter) pada hari Senin, menyebut bahwa pelanggan “Super Grok” yang membayar $30 per bulan kini dapat mengakses fitur tersebut di aplikasi Grok.
Update your app to try out @Grok companions!https://t.co/3M9k0jUmSv https://t.co/DJrHXHI7IM
— Elon Musk (@elonmusk) July 14, 2025
Dengan perubahan ini, Grok tampaknya tengah bergeser dari reputasi kontroversial ke nuansa hiburan dan personalisasi yang lebih ringan.
Karakter AI: Dari Ani hingga Bad Rudy
Dilansir dari Techcrunch, Rabu (16/7/2025), menurut postingan yang dibagikan oleh Musk, setidaknya terdapat dua karakter AI yang saat ini tersedia. Pertama adalah Ani, gadis anime dengan gaya goth yang mengenakan gaun hitam pendek dan jaring ikan setinggi paha.
Kedua, Bad Rudy, makhluk rubah 3D yang tampak seperti maskot imajinatif dari dunia virtual. Musk sendiri menyebut fitur ini sebagai sesuatu yang “cukup keren” sembari membagikan ilustrasi Ani yang berambut pirang dan berkuncir dua.
Fitur Pendamping: Hiburan Interaktif atau Skin Saja?
Belum jelas apakah fitur ini dirancang untuk menghadirkan interaksi romantis, atau sekadar variasi visual dari Grok dalam bentuk skin kepribadian. Di tengah tren personalisasi AI, beberapa perusahaan memang mulai mengeksplorasi konsep hubungan virtual baik untuk hiburan maupun dukungan emosional.
Namun, model semacam ini masih menimbulkan pro dan kontra, khususnya terkait dampaknya terhadap kesehatan mental dan batasan etika.
Risiko Emosional dan Kritik Terhadap Interaksi Romantis AI
Penggunaan chatbot AI sebagai teman atau pasangan virtual terus menjadi sorotan dunia psikologi. Studi terbaru menunjukkan adanya risiko signifikan jika pengguna menjadikan AI sebagai satu-satunya sumber dukungan emosional. Bahkan untuk orang dewasa, keterikatan emosional dengan entitas virtual dapat menciptakan isolasi sosial dan ketergantungan mental.
Hal ini diperparah oleh beberapa kasus hukum yang melibatkan platform seperti Character.AI. Salah satu laporan menyebutkan bahwa interaksi negatif dengan chatbot menyebabkan anak mengakhiri hidupnya sebuah peringatan serius bahwa AI bukanlah pengganti terapis atau sahabat manusia.
xAI dan Jejak Kontroversi Grok Sebelumnya
Fitur waifu ini diluncurkan tak lama setelah xAI gagal mengatasi perilaku chatbot Grok yang kontroversial, termasuk munculnya persona bernama “Mecha Hitler” dengan konten antisemit. Insiden tersebut sempat membuat masyarakat mempertanyakan sistem kontrol dan moderasi yang diterapkan oleh pengembang Grok.
Oleh karena itu, peluncuran personalitas AI baru dalam bentuk karakter imut dan interaktif terasa sebagai upaya memulihkan citra sekaligus menjajal pasar hiburan virtual yang sedang tumbuh.
Tren Pasar dan Masa Depan AI Personalitas
Personalisasi chatbot dengan karakter unik mulai menjadi tren di kalangan perusahaan AI, khususnya di Cina dan Silicon Valley. Fenomena “AI companion” berkembang sebagai bagian dari dunia sosial digital, termasuk penggunaan dalam game, pendidikan, dan aplikasi keseharian.
Namun, di tengah potensi komersialnya, tantangan besar masih menyangkut isu privasi, moderasi konten, dan dampak psikologis terhadap pengguna muda.