Aplikasi edit video populer CapCut baru-baru ini menjadi sorotan usai memperbarui Terms of Service (ToS) atau ketentuan layanan mereka.
Perubahan ini sempat memicu kekhawatiran dari para kreator dan pengguna setia karena menimbulkan dugaan bahwa CapCut kini bisa menggunakan wajah, suara, dan konten pengguna untuk keperluan iklan tanpa kompensasi.
Namun, CapCut telah mengonfirmasi bahwa sebagian besar ketentuan tersebut tidak mengalami perubahan signifikan dan bertujuan untuk memperjelas penggunaan layanan pihak ketiga serta batasan komersial dalam ketentuan mereka.
Apa yang Sebenarnya Berubah?
Dalam pembaruan tanggal 12 Juni 2025, CapCut menambahkan beberapa klausul terkait penggunaan layanan pihak ketiga serta mendefinisikan ulang batasan konten komersial.
Baca juga: Tinggalkan Adobe, Scott Belsky Rambah Dunia Film
Namun, bagian yang memicu kontroversi adalah klausul mengenai hak penggunaan atas konten pengguna, yang dinilai terlalu luas.
CapCut disebut-sebut memberikan dirinya lisensi global, bebas royalti, dapat dipindahtangankan dan disublisensikan, untuk menggunakan, mendistribusikan, mereproduksi, memodifikasi, dan menciptakan karya turunan dari konten yang diunggah pengguna.
Bahkan, konten yang belum dipublikasikan atau hanya berupa draft tetap berada dalam cakupan hak ini.
Konten Pribadi Bisa Digunakan untuk Iklan?
Salah satu kekhawatiran terbesar muncul dari kemungkinan CapCut menggunakan wajah, suara, dan likeness (kemiripan) pengguna dalam materi promosi atau iklan tanpa pemberitahuan maupun pembayaran.
Hal ini menimbulkan pertanyaan besar soal kepemilikan konten, privasi, dan hak atas hasil kreatif.
Baca juga: Adobe Firefly Hadir di iOS dan Android, Bawa Fitur AI Generatif
Menurut Claudia Sandino, Direktur di Omnivore, “Jika kamu mengunggah video atau bahkan hanya voice-over, CapCut secara legal bisa menggunakannya dalam iklan atau media lain tanpa izin atau bayaran.”
Menanggapi reaksi publik, CapCut mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebut bahwa tidak ada perubahan besar dalam klausul yang disorot.
Mereka menjelaskan bahwa ketentuan tentang hak cipta dan lisensi IP telah lama ada, dan bahwa perubahan hanya pada aspek teknis seperti klarifikasi definisi layanan pihak ketiga.
“Platform secara rutin memperbarui ketentuan mereka. Kami hanya menambahkan informasi seputar penggunaan layanan pihak ketiga dan aturan untuk penggunaan komersial,” kata juru bicara CapCut dalam pernyataannya.
Masalah Etika dan Kepemilikan Kreatif
Terlepas dari klarifikasi tersebut, banyak pengguna tetap merasa cemas. Klaim lisensi yang bersifat “perpetual” atau selamanya membuat CapCut tetap memiliki hak atas konten pengguna meski akun telah dihapus.
Ini dianggap problematik, terutama bagi para kreator profesional dan content creator yang menggunakan CapCut untuk proyek komersial atau klien. Tanpa opsi keluar (opt-out) atau kompensasi yang adil, hak atas hasil karya bisa sepenuhnya berpindah ke pihak platform.
“Tanpa transparansi dan kompensasi, hal ini bukan hanya tidak etis, tapi juga eksploitatif,” tegas Sandino. Ia menambahkan bahwa ketentuan ini bisa menjadi preseden buruk bagi masa depan kepemilikan kreatif di era digital.
Saat ini, CapCut tidak menawarkan opsi dari ketentuan ini. Siapa pun yang menggunakan aplikasinya dianggap telah menyetujui syarat dan ketentuan tersebut secara otomatis.
Oleh karena itu, beberapa pengguna mulai mempertimbangkan untuk beralih ke aplikasi yang lebih ramah kreator seperti Adobe Premiere Pro, DaVinci Resolve, atau Final Cut Pro.